“Tiap-tiap orang yang turut mengambil bagian dalam
pertandingan, menguasai dirinya dalam segala hal. Mereka berbuat demikian untuk
memperoleh suatu mahkota yang fana, tetapi kita untuk memperoleh suatu mahkota
yang abadi.” (I Korintus 9:25)
Kalau saudara
adalah salah satu penggemar olah raga, saya yakin pasti saudara menyempatkan
waktu untuk menonton pertandingan-pertandingan yang diadakan apakah
pertandingan itu diadakan di tempat dekat saudara tinggal, atau jauh dari
tempat tinggal saudara. Apakah saudara menonton secara langsung atau menonton
lewat TV atau internet, yang jelas saudara pasti senang menonton acara
tersebut. Atau saudara sendiri adalah salah satu atlet yang sering mengikuti
even-even pertandingan yang diadakan? Saya merasa bangga melihat saudara,
bahkan bukan hanya saya tetapi saya yakin banyak orang di seluruh dunia melihat
saudara. Saya kagum melihat para atlet yang sedang bertanding dalam berbagai
cabang olahraga. Penampilan
mereka sangat mempesona walaupun ada yang kalah, tetapi saya melihat bahwa
mereka semua sungguh luar biasa. Karena saya bukan atlet, saya tidak tahu hidup
sehari-hari mereka seperti apa. Tapi kemungkinan, mereka setiap hari mengikuti
latihan. Latihan yang membutuhkan disiplin yang tinggi. Ini juga yang saya
kagumi. Tapi…jangan salah! Bukan hanya atlet saja yang dituntut disiplin yang
tinggi dalam kehidupannya. Saya yakin semua bidang, profesi apapun saudara
lakukan saat ini, membutuhkan disiplin.
Disiplin saya
bahasakan adalah membiasakan diri untuk melakukan sesuatu yang tidak biasa kita
lakukan. Dan biasanya disiplin selalu mengarah kepada hal-hal yang membuat
kemajuan dalam hidup kita. Disiplin biasanya mengarah kepada suatu kebaikan,
dan secara khusus dalam firman Tuhan saat ini disiplin akan mengarah kepada
penguasaan diri. Kenapa kita harus
menguasai diri? Seorang atlet sepak bola misalnya, harus menguasai dirinya
supaya tidak terpancing oleh lawan dan berbuat hal yang tidak diinginkan seperti
berbuat curang dengan menarik badan lawan yang sedang berusaha memasukkan bola
ke gawang. Atau dengan sengaja membuat lawan jatuh sehingga tidak dapat
memasukkan bola ke gawang tim kesebelasannya. Hal ini akan merugikan timnya
sendiri karena akan diberi hukuman dari wasit seperti tendangan langsung ke
gawang dari lawan yang dicurangi tadi. Dan sudah pasti karena jarak yang cukup
dekat dengan gawang dan tanpa ada orang yang menghalangi, pasti bola yang
ditendang akan masuk gawang dan membuahkan skor keuntungan kepada tim yang
dicurangi tadi. Demikian juga dengan kita. Kita harus menguasai diri kita
supaya tidak melakukan hal-hal yang bertentangan dengan perintah Tuhan yang akibatnya akan merugikan diri kita sendiri. Dalam
Amsal 17: 32 dikatakan: “Orang yang
sabar melebihi seorang pahlawan, orang yang menguasai dirinya melebihi orang
yang merebut kota”.
Pada zaman dulu (zaman sekarang juga ) banyak terjadi peperangan. Bangsa yang
lebih kuat akan memerangi bangsa yang lemah dan biasanya kota atau wilayahnya akan dikuasai mereka,
dan ini membutuhkan kesiapan yang sangat matang. Banyak hal yang mereka
persiapkan dan lakukan dalam peperangan itu sampai mereka dapat merebut
/menguasai daerah atau wilayah tersebut.
Firman Tuhan
mengatakan: …orang yang menguasai dirinya melebihi orang yang merebut kota”. Saudara, orang yang merebut kota
kuat, tapi orang yang menguasai diri lebih kuat dari orang yang merebut kota. Tuhan mau
kita menjadi orang yang kuat. Menjadi kuat bukan untuk melawan orang lain,
memerangi orang lain, mencurangi orang lain, tetapi menjadi kuat karena mampu
menguasai diri dalam melawan dosa-dosa, keinginan daging yang bertentangan
dengan firman Tuhan. Dalam kehidupan kita di dunia ini, sebenarnya kita sama
seperti atlet yang selalu bertanding. Kita bertanding bukan untuk mendapatkan
hadiah uang yang banyak atau medali emas, perak, atau perunggu, tetapi kita
bertanding untuk mendapatkan hadiah/mahkota yang abadi. Hadiah/Mahkota
kehidupan yang kekal di sorga yang indah dan senang. Untuk mendapatkan hadiah
atau mahkota tersebut, selain kita percaya kepada Yesus sebagai Tuhan dan
Juruselamat kita, dan keselamatan itu adalah anugerah yang diberikan Yesus
kepada kita sebagai akibat dari kepercayaan kita kepada-Nya, kita harus juga melakukan perintah-perintah-Nya
kan? Firman Tuhan saat ini mengajarkan kepada kita tentang “menguasai diri”. Paulus melukiskannya bahwa jikalau kita gagal
menggunakan penguasaan diri, penyangkalan diri dan kasih dalam hubungan kita
dengan orang lain, kita sendiri akan ditolak. Paulus menuliskannya dalam ayat
selanjutnya, ayat 27: “Tetapi aku melatih tubuhku dan menguasainya seluruhnya,
supaya sesudah memberitakan Injil kepada orang lain, jangan aku sendiri
ditolak”.
“Ditolak” terjemahan dari bahsa asli
“adokimos” mengandung arti “gagal dalam ujian”. Paulus menyatakan bahwa Kristus
tidak tinggal di dalam “seorang yang gagal dalam ujian” (adokimoi). Paulus
menyadari bahwa ada kemungkinan dia bisa gagal untuk memperoleh warisan /mahkota yang abadi jika ia berhenti hidup
kudus, melaksanakan penguasaan diri, dan bertahan dalam kesukaran-kesukaran
hidup karena Kristus. Saudara, mari kita belajar seperti rasul Paulus, hidup
kudus, menguasai diri,dan bertahan hidup dalam kesukaran karena Kristus, supaya
kita mendapatkan hadiah/mahkota yang abadi. Akan ada orang yang dekat dengan kita yang membuat kita marah, kita tergoda untuk melakukan hal yang sama bahkan lebih. Tapi ingat! Kuasailah diri. Latihlah diri kita untuk menahan segala hal yang membuat kita berdosa. Jika ada orang yang berbuat jahat kepada kita, kita cenderung untuk membalas, bahkan lebih. Kita berpikir bahwa kita tidak salah, jadi wajar kalau kita membalas kejahatan yang ia lakukan kepada kita, dan kita merasa puas. Tapi Tuhan tidak mengajarkan demikian. Tuhan berkata bahwa" balaslah kejahatan dengan kebaikan". Jika saudara adalah seorang atlet,
berusahalah/berlatihlah, bukan hanya untuk mendapatkan piala yang di dunia ini saja, tetapi juga piala yang abadi/kekal di sorga.
Selamat bertanding, selamat berjuang, Tuhan menyertai! Amin!
Selamat bertanding, selamat berjuang, Tuhan menyertai! Amin!