Selasa, 30 September 2014

Menguasai Diri




Tiap-tiap orang yang turut mengambil bagian dalam pertandingan, menguasai dirinya dalam segala hal. Mereka berbuat demikian untuk memperoleh suatu mahkota yang fana, tetapi kita untuk memperoleh suatu mahkota yang abadi.” (I Korintus 9:25)

   Kalau saudara adalah salah satu penggemar olah raga, saya yakin pasti saudara menyempatkan waktu untuk menonton pertandingan-pertandingan yang diadakan apakah pertandingan itu diadakan di tempat dekat saudara tinggal, atau jauh dari tempat tinggal saudara. Apakah saudara menonton secara langsung atau menonton lewat TV atau internet, yang jelas saudara pasti senang menonton acara tersebut. Atau saudara sendiri adalah salah satu atlet yang sering mengikuti even-even pertandingan yang diadakan? Saya merasa bangga melihat saudara, bahkan bukan hanya saya tetapi saya yakin banyak orang di seluruh dunia melihat saudara. Saya kagum melihat para atlet yang sedang bertanding dalam berbagai cabang olahraga. Penampilan mereka sangat mempesona walaupun ada yang kalah, tetapi saya melihat bahwa mereka semua sungguh luar biasa. Karena saya bukan atlet, saya tidak tahu hidup sehari-hari mereka seperti apa. Tapi kemungkinan, mereka setiap hari mengikuti latihan. Latihan yang membutuhkan disiplin yang tinggi. Ini juga yang saya kagumi. Tapi…jangan salah! Bukan hanya atlet saja yang dituntut disiplin yang tinggi dalam kehidupannya. Saya yakin semua bidang, profesi apapun saudara lakukan saat ini, membutuhkan disiplin.


   Disiplin saya bahasakan adalah membiasakan diri untuk melakukan sesuatu yang tidak biasa kita lakukan. Dan biasanya disiplin selalu mengarah kepada hal-hal yang membuat kemajuan dalam hidup kita. Disiplin biasanya mengarah kepada suatu kebaikan, dan secara khusus dalam firman Tuhan saat ini disiplin akan mengarah kepada penguasaan diri.  Kenapa kita harus menguasai diri? Seorang atlet sepak bola misalnya, harus menguasai dirinya supaya tidak terpancing oleh lawan dan berbuat hal yang tidak diinginkan seperti berbuat curang dengan menarik badan lawan yang sedang berusaha memasukkan bola ke gawang. Atau dengan sengaja membuat lawan jatuh sehingga tidak dapat memasukkan bola ke gawang tim kesebelasannya. Hal ini akan merugikan timnya sendiri karena akan diberi hukuman dari wasit seperti tendangan langsung ke gawang dari lawan yang dicurangi tadi. Dan sudah pasti karena jarak yang cukup dekat dengan gawang dan tanpa ada orang yang menghalangi, pasti bola yang ditendang akan masuk gawang dan membuahkan skor keuntungan kepada tim yang dicurangi tadi. Demikian juga dengan kita. Kita harus menguasai diri kita supaya tidak melakukan hal-hal yang bertentangan dengan perintah Tuhan yang akibatnya akan merugikan diri kita sendiri. Dalam Amsal 17: 32  dikatakan: “Orang yang sabar melebihi seorang pahlawan, orang yang menguasai dirinya melebihi orang yang merebut kota”. Pada zaman dulu (zaman sekarang juga ) banyak terjadi peperangan. Bangsa yang lebih kuat akan memerangi bangsa yang lemah dan biasanya kota atau wilayahnya akan dikuasai mereka, dan ini membutuhkan kesiapan yang sangat matang. Banyak hal yang mereka persiapkan dan lakukan dalam peperangan itu sampai mereka dapat merebut /menguasai daerah atau wilayah tersebut.

   Firman Tuhan mengatakan: …orang yang menguasai dirinya melebihi orang yang merebut kota”. Saudara, orang yang merebut kota kuat, tapi orang yang menguasai diri lebih kuat dari orang yang merebut kota. Tuhan mau kita menjadi orang yang kuat. Menjadi kuat bukan untuk melawan orang lain, memerangi orang lain, mencurangi orang lain, tetapi menjadi kuat karena mampu menguasai diri dalam melawan dosa-dosa, keinginan daging yang bertentangan dengan firman Tuhan. Dalam kehidupan kita di dunia ini, sebenarnya kita sama seperti atlet yang selalu bertanding. Kita bertanding bukan untuk mendapatkan hadiah uang yang banyak atau medali emas, perak, atau perunggu, tetapi kita bertanding untuk mendapatkan hadiah/mahkota yang abadi. Hadiah/Mahkota kehidupan yang kekal di sorga yang indah dan senang. Untuk mendapatkan hadiah atau mahkota tersebut, selain kita percaya kepada Yesus sebagai Tuhan dan Juruselamat kita, dan keselamatan itu adalah anugerah yang diberikan Yesus kepada kita sebagai akibat dari kepercayaan kita kepada-Nya,  kita harus juga melakukan perintah-perintah-Nya kan? Firman Tuhan saat ini mengajarkan kepada kita tentang  “menguasai diri”.  Paulus melukiskannya bahwa jikalau kita gagal menggunakan penguasaan diri, penyangkalan diri dan kasih dalam hubungan kita dengan orang lain, kita sendiri akan ditolak. Paulus menuliskannya dalam ayat selanjutnya, ayat 27: “Tetapi aku melatih tubuhku dan menguasainya seluruhnya, supaya sesudah memberitakan Injil kepada orang lain, jangan aku sendiri ditolak”.

    “Ditolak” terjemahan dari bahsa asli “adokimos” mengandung arti “gagal dalam ujian”. Paulus menyatakan bahwa Kristus tidak tinggal di dalam “seorang yang gagal dalam ujian” (adokimoi). Paulus menyadari bahwa ada kemungkinan dia bisa gagal untuk memperoleh warisan  /mahkota yang abadi jika ia berhenti hidup kudus, melaksanakan penguasaan diri, dan bertahan dalam kesukaran-kesukaran hidup karena Kristus. Saudara, mari kita belajar seperti rasul Paulus, hidup kudus, menguasai diri,dan bertahan hidup dalam kesukaran karena Kristus, supaya kita mendapatkan hadiah/mahkota yang abadi. Akan ada orang yang dekat dengan kita yang membuat kita marah, kita tergoda untuk melakukan hal yang sama bahkan lebih. Tapi ingat! Kuasailah diri. Latihlah diri kita untuk menahan segala hal yang membuat kita berdosa. Jika ada orang yang berbuat jahat kepada kita, kita cenderung untuk membalas, bahkan lebih. Kita berpikir bahwa kita tidak salah, jadi wajar kalau kita membalas kejahatan yang ia lakukan kepada kita, dan kita merasa puas. Tapi Tuhan tidak mengajarkan demikian. Tuhan berkata bahwa" balaslah kejahatan dengan kebaikan". Jika saudara adalah seorang atlet, berusahalah/berlatihlah, bukan hanya untuk mendapatkan piala yang di dunia ini saja, tetapi juga piala yang abadi/kekal di sorga. 
 Selamat bertanding, selamat berjuang, Tuhan menyertai! Amin!