Menurut laporan-laporan dokter, kebanyakan kekacauan
mental dan emosional kalau ditelusuri asalnya adalah akibat tidak adanya
sukacita. Sukacita adalah penyembuh luka hati, kepahitan, dan banyak lagi
masalah emosional lainnya. Tanpa sukacita, kita ditekan oleh depresi dan
sejumlah besar penyakit lainnya. Sukacita juga membuat Setan
menjauh…..sebaliknya orang yang terlalu serius diganggunya. Oleh karena itu
nasehat untuk bersukacita sangatlah berguna. Firman Tuhan berkata:
“Bersukacitalah senantiasa” (1 Tes. 5:16).
Tidak bisa dipungkiri, dalam hidup ini kita mengalami banyak pergumulan dan kesulitan hidup, hal ini tentu membuat kita sulit untuk bersukacita. Namun daripada menjadi sakit karena memikirkan pergumulan hidup, lebih baik memilih untuk bersukacita. Rasul Paulus menekankan orang percaya di Filipi untuk bersukacita. “Bersukacitalah senantiasa dalam Tuhan! Sekali lagi kukatakan: Bersukacitalah!” (Fil. 4:4).
Sukacita sejati hanya bisa di dapat di dalam Yesus Kristus. Sukacita akan ada di dalam hati kita ketika kita menjadikan Kristus sebagai sumber sukacita kita. Tapi, sangat disayangkan apabila ada orang percaya yang tidak menjadikan Yesus Kristus sumber sukacitanya dan mencari sumber sukacita dari sumber yang lain. Jika ada umat Tuhan yang tidak menjadikan Yesus Kristus sebagai sumber sukacitanya, ini menggambarkan bahwa Yesus tidak memuaskan mereka. Memang benar, dunia dapat memberikan kita kesenangan tapi itu hanya membawa kepada satu titik yaitu “kekecewaan.”
Salomo memiliki segalanya….kesuksesan, popularitas, ia juga dikarunia Tuhan hikmat yang luar biasa, pengetahuan dan pengertian, ia juga adalah seorang musikus yang mempesona. Ia menulis lebih dari seribu lagu, namun dalam kitab Pengkhotbah ia menulis….”Semuanya sia-sia.” Salomo telah kehilangan hadirat Allah. Ia mengabaikan hubungannya dengan Tuhan. Ia mencari sukacita dalam dunia. Istrinya yang banyak membuat dia meninggalkan Tuhan.
“Sebab pada waktu Salomo tua,
istri-istrinya itu mencondongkan hatinya kepada allah-allah lain, sehingga ia
tidak sepenuh hati berpaut kepada TUHAN, Allahnya, seperti Daud ayahnya.
Demikianlah Salomo mengikuti Asytoret, dewi orang Sidon, dan mengikuti Milkom,
dewa kejijikan sembahan orang Amon, dan Salomo melakukan apa yang jahat di mata
TUHAN, dan ia tidak sepenuh hati mengikuti TUHAN, seperti Daud ayahnya” (1
Raja-raja 11:4-6).
Kepopuleran dan kesuksesan Salomo
tidak membuatnya memiliki sukacita
sejati, namun sebaliknya ia telah terperosok ke dalam jurang yang sangat
dalam….sukacita palsu, kebahagiaan palsu di luar Tuhan yang berakhir dengan
kekecewaan dan kebinasaan. Sukacita sejati dapat kita miliki
jika:
- Kita berada dalam hadirat
Allah di dalam Yesus Kristus dan berjalan bersama-Nya.
- Kita tidak mencari sumber sukacita lainnya dalam dunia