“……Nuh adalah seorang yang
benar dan tidak bercela di antara orang-orang sezamannya; dan Nuh itu hidup
bergaul dengan Allah.”
(Noah was a righteous man,
blameless among the people of his time, and he walked with God. (Genesis 6:9)
Manusia adalah makhluk ciptaan Tuhan yang termulia diantara
makhluk-makhluk yang lain. Tuhan menciptakan laki-laki dan perempuan menurut
“gambar dan “rupa”-Nya. Berdasarkan gambar ini, mereka dapat menanggapi dan
bersekutu dengan Allah dan secara unik mencerminkan kasih, kemuliaan dan
kekudusan-Nya. Manusia memiliki keserupaan moral dengan Allah, karena mereka
tidak berdosa dan kudus, memiliki hikmat, hati yang mengasihi dan kehendak
untuk melakukan yang benar. Mereka hidup dalam persekutuan pribadi dengan Allah
yang meliputi ketaatan moral dan hubungan yang intim. Namun ketika manusia itu
jatuh dalam dosa, kejahatannya besar, dan kecenderungan hati mereka selalu
jahat, maka keserupaan moral dengan Allah itu tercemar dan sangat menyedihkan
hati Tuhan dan bahkan Tuhan menyesal karena telah menciptakan manusia (Kejadian
6:6).
Pada zaman Nuh, ketika manusia mulai bertambah banyak jumlahnya
di muka bumi, mereka saling mengawinkan antara “anak-anak Allah” dan
“anak-anak perempuan manusia.”
“Anak-anak Allah”, kemungkinan besar adalah keturunan Set yang saleh. Mereka
mulai menikah dengan “anak-anak perempun manusia” yaitu wanita tidak saleh dari
keturunan Kain. (Teori bahwa “anak-anak Allah” itu adalah malaikat, kurang
dapat diterima karena Yesus menyatakan bahwa malaikat tidak menikah, Matius
22:30, Mark 12:25). Persatuan orang saleh dengan yang tidak saleh ini
menghasilkan “kejahatan”. Sebagai akibatnya, bumi ini tercemar dan dipenuhi
dengan kekerasan dan kejahatan. Pada zaman Nuh kejahatan manusia begitu besar dan
terang-terangan yaitu dengan perkawinan bebas. “Anak-anak Allah” melihat bahwa
“anak-anak perempuan” itu cantik-cantik, lalu mereka mengambil istri dari
antara perempuan-perempuan itu siapa saja yang mereka sukai (Kejadian 6:2). Hal
ini sangat memilukan hati Tuhan sehingga Ia berfirman: “Aku akan menghapuskan
manusia yang telah Kuciptakan itu dari muka bumi, baik manusia maupun hewan dan
binatang-binatang melata dan burung-burung di udara, sebab Aku menyesal, bahwa
Aku telah menjadikan mereka. (Kejadian 6:7).
Tetapi yang menarik,
selanjutnya dikatakan: “ Tetapi Nuh mendapat kasih karunia di mata Tuhan.”
(Kejadian 6:8). Di tengah kefasikan dan kejahatan yang merajalela ketika itu,
Allah menemukan dalam diri Nuh, seorang yang benar, tidak bercela dan berhubungan
karib dengan-Nya. “Tidak bercela di antara orang-orang sezamannya” menunjukkan
bahwa dia memisahkan diri dari kejahatan moral masyarakat disekitarnya. Oleh
karena iman dan pergaulannya dengan Allah itu, maka ia mendapat kasih karunia
dari Allah. Ia diselamatkan dari murka Allah. Allah berfirman, dan firman-Nya
pasti digenapi.
Allah berfirman kepada Nuh:
“Aku telah memutuskan untuk mengakhiri hidup segala makhluk, sebab bumi telah
penuh dengan kekerasan oleh mereka, jadi Aku akan memusnahkan mereka bersama-sama
dengan bumi. Buatlah bagimu sebuah bahtera, ………Sebab sesungguhnya Aku akan
mendatangkan air bah meliputi bumi untuk memusnahkan segala yang hidup dan
bernyawa di kolong langit; segala yang ada di bumi akan mati binasa. Tetapi
dengan engkau Aku akan mengadakan perjanjian-Ku, dan engkau akan masuk ke dalam
bahtera itu: engkau bersama-sama dengan anak-anakmu dan istrimu dan istri
anak-anakmu. Dan dari segala yang hidup, dari segala makhluk, dari semuanya
haruslah engkau bawa satu pasang ke dalam bahtera itu, supaya terpelihara
hidupnya bersama –sama dengan engkau; jantan dan betina harus kaubawa.”
(Kejadian 6:13-19). Allah tidak main-main dengan apa yang dikatakan-Nya. Ia
sungguh-sungguh membinasakan manusia dan melenyapkan bumi, tapi Nuh dan keluarganya
diselamatkan.
Seringkali cerita tentang Nuh ini dianggap suatu cerita yang biasa-biasa
saja atau hanya cerita untuk anak Sekolah minggu saja di gereja, sehingga tidak
begitu menarik perhatian kita. Tidak menyentuh hati. Sudah kuno. Yang menarik
sekarang adalah cerita “Beauty and the Beast” atau cerita-cerita yang diluar
Alkitab. Saudara, kalau ini yang terjadi, maka bersiap-siaplah, karena kita
akan mengalami nasib yang sama dengan orang-orang pada zaman Nuh. Manusia yang
tidak ada lagi ketertarikan dengan Tuhan kecenderungannya adalah tertarik dan
mengikuti dunia dan kehidupan bebas didalamnya termasuk perilaku amoral,
kefasikan, pornografi dan kekerasan. Tuhan akan membinasakan kita, walaupun
tidak dibinasakan lagi dengan air bah seperti pada zaman Nuh tapi Tuhan akan
menghukum dan membinasakan kita dengan cara yang berbeda. Kita akan dilemparkan
ke dalam lautan api kekal selama-lamanya jika kita terus menerus berbuat jahat,
mengikuti dunia dan tidak mengikuti Tuhan. Cerita tentang Nuh ini, sebenarnya
memiliki arti yang dalam. Bahtera yang dipakai sebagai sarana untuk
menyelamatkan keluarga Nuh adalah
melambangkan “Kristus.” Kita tidak lagi hidup di zaman Nuh, karena kehidupan di
zaman Nuh dan semua yang ada sudah dibinasakan, tetapi cerita ini masih sangat
berkaitan dengan kehidupan kita di zaman sekarang ini. Perilaku manusia di
zaman Nuh ada di zaman kita saat ini. Tuhan akan menghukum. Tapi karena Allah itu kasih dan Dia begitu
mengasihi manusia, maka Ia menyediakan sarana untuk keselamatan manusia yaitu
melalui Yesus Kristus. Dalam Yohanes 3:16 tertulis: “Karena begitu besar kasih
Allah akan dunia ini, sehingga Ia telah mengaruniakan Anak-Nya yang tunggal,
supaya setiap orang yang percaya kepada-Nya tidak binasa, melainkan beroleh
hidup yang kekal. “ Ayat ini mengungkapkan isi hati dan tujuan Allah. Kasih
Allah sangat luas untuk menjangkau semua orang di dunia ini. Allah ingin kita
mempercayai Tuhan dan mengikuti jalan dan perintah-Nya. Mengikuti perintah
Tuhan artinya tidak lagi hidup mengikuti dan mengasihi dunia. Kita dituntut
untuk hidup bergaul erat dengan Tuhan, mengasihi Tuhan, dan hidup tidak
bercela. Nuh adalah teladan bagi kita untuk hidup berkenan kepada Tuhan
ditengah kefasikan yang merajalela, tapi ia terbukti hidup tidak bercela dan
hidup benar di mata Tuhan. Kiranya Tuhan memampukan kita untuk mengikuti Tuhan,
bergaul akrab dengan-Nya, mengikuti perintah-perintah-Nya dan hidup berkenan di
hadapan-Nya. Tidak mudah, tapi jika kita memohon pertolongan-Nya untuk
memampukan kita, sedikit demi sedikit, kita pasti bisa. Tuhan Yesus Memberkati,
Amin!