1Di hadapan Allah dan Kristus
Yesus yang akan menghakimi orang yang hidup dan yang mati, aku berpesan dengan
sungguh-sungguh kepadamu demi penyataan-Nya dan demi Kerajaan-Nya:
2Beritakanlah firman, siap
sedialah baik atau tidak baik waktunya, nyatakanlah apa yang salah, tegorlah
dan nasihatilah dengan segala kesabaran dan pengajaran.
3Karena akan datang waktunya,
orang tidak dapat lagi menerima ajaran sehat, tetapi mereka akan mengumpulkan
guru-guru menurut kehendaknya untuk memuaskan keinginan telinganya.
4Mereka akan memalingkan
telinganya dari kebenaran dan membukanya bagi dongeng.
5Tetapi kuasailah dirimu dalam
segala hal, sabarlah menderita, lakukanlah pekerjaan pemberita Injil dan
tunaikanlah tugas pelayananmu!
6Mengenai diriku, darahku
sudah mulai dicurahkan sebagai persembahan dan saat kematianku sudah dekat.
7Aku telah mengakhiri
pertandingan yang baik, aku telah mencapai garis akhir dan aku telah memelihara
iman.
8Sekarang telah tersedia
bagiku mahkota kebenaraan yang akan dikaruniakan kepadaku oleh Tuhan, Hakim
yang adil, pada hari-Nya; tetapi bukan hanya kepadaku, melainkan juga kepada
semua orang yang merindukan kedatangan-Nya. ( 2 Timotius 4:1-8)
Ayat ini ditulis oleh Paulus kepada Timotius karena menyadari
akan kemungkinan penganiayaan berat dari luar gereja dan adanya guru-guru palsu
di dalam gereja. Paulus menasihatkan Timotius agar dia memelihara Injil,
memberitakan Firman Allah, menanggung kesukaran dan melaksanakan
tugas-tugasnya. Dalam ayat ini tertulis juga perkataan Paulus yang ia tuliskan
sebelum pelaksanaan hukuman mati oleh kaisar Nero di Roma hampir 35 tahun
setelah pertobatannya kepada Kristus di jalan Damsyik (ay. 6). Sebagai bapak
rohani, ia sungguh mengasihi Timotius karena ia tahu Timotius adalah orang yang
baik, tulus dan setia dan dapat dipercaya untuk terus melanjutkan tugas
pelayanan. Ia mendorong Timotius untuk terus melaksanakan tugas pemberitaan
Injil, menegor dan menasehati jemaat, karena akan ada masa di mana orang
percaya tidak ingin lagi mendengar Injil yang asli, tetapi akan memalingkan
muka/mencondongkan hati untuk lebih tertarik pada dongeng dan injil palsu. Mereka
akan mengumpulkan guru-guru menurut kehendaknya untuk memuaskan keinginan
telinga (ay.3). Mereka tidak akan mencari gembala menurut standar Firman Allah,
tetapi mencari orang yang sesuai dengan keinginan duniawi mereka. Mereka akan
memilih pengkhotbah yang pandai berpidato, mampu menghibur, dan berita yang
akan meyakinkan mereka bahwa mereka dapat tetap menjadi Kristen sementara hidup
menurut tabiat dosa.
Firman Allah yang tertulis harus menjadi pedoman tertinggi dalam
kebenaran dan kelakuan kita. Kita harus memakai firman Allah yang diberikan
oleh Roh Kudus sebagai pedoman untuk menilai kepercayaan dan kelakuan kita.
Kecenderungan gereja untuk mendasarkan doktrin kelakuan, atau kebenaran baru
pada pengalaman sendiri, mujizat, sukses, tujuan atau teori buatan manusia
tanpa pembuktian alkitabiah yang kokoh, akan merupakan salah satu ciri utama
Iblis untuk menipu dalam kemurtadan di hari-hari terakhir. Yesus mengingatkan
semua orang percaya agar berjaga-jaga secara khusus terhadap orang yang mengaku
dirinya sebagai nabi, guru dan pengkhotbah Kristen tetapi yang sebenarnya
palsu, namun mereka mengadakan mujizat, penyembuhan dan tanda-tanda ajaib serta
tampaknya sangat berhasil dalam pelayanan mereka. Pada saat yang bersamaan,
nabi-nabi palsu ini akan memutarbalikkan dan menolak kebenaran dalam Firman
Allah, (tentu saja tidak semua hamba-hamba Tuhan yang saat ini banyak melakukan mujizat adalah nabi palsu. Kita juga harus bisa membedakan!) Dalam injil Matius 7:22-23 tertulis: “Pada hari terakhir banyak orang
akan berseru kepada-Ku: Tuhan, Tuhan, bukankah kami bernubuat demi nama-Mu, dan
mengusir setan demi nama-Mu, dan mengadakan banyak mujizat demi nama-Mu juga?
Pada waktu itulah Aku akan berterus terang kepada mereka dan berkata: Aku tidak
pernah mengenal kamu. Enyahlah dari pada-Ku, kamu sekalian pembuat kejahatan!”
Rasul Paulus telah menjadi teladan yang nyata kepada semua orang
percaya karena imannya yang sungguh-sungguh murni dihadapan Tuhan. Ia telah
berusaha di dalam peperangan iman, dalam terjemahan lama, “Aku telah berjuang
dalam perjuangan yang baik.” Ketika meninjau kembali hidupnya bersama Allah,
Paulus sadar bahwa ajalnya sudah dekat (ay.6). Ia melukiskan hidup kristennya
sebagai berikut: Ia memandang hidup kristennya sebagai suatu peperangan. Ia
berperang melawan Iblis, keburukan orang Yahudi dan kafir, Yudaisme, kebejatan
dalam gereja, guru-guru palsu, pemutarbalikan Injil, keduniawian, dan dosa. Ia
juga telah menyelesaikan pertandingannya di tengah pencobaan dan godaan dan
tetap setia kepada Tuhan dan Juruselamatnya selama hidup. Paulus sudah
memelihara iman pada masa-masa ujian yang berat, keputusasaan yang hebat dan
banyak kesusahan, baik ketika diserang oleh guru palsu maupun ditinggalkan oleh
sahabat. Paulus tidak pernah mengurangi Injil asli.
Karena Paulus tetap setia
kepada Tuhannya dan Injil yang dipercayakan kepadanya, maka Roh Kudus bersaksi
kepadanya bahwa persetujuan Allah dan “mahkota kebenaran” tersedia bagi dia di
sorga.
Semoga Firman Tuhan ini akan terus menjadi pedoman bagi kita
semua untuk sungguh-sungguh memelihara iman yang murni di dalam Tuhan, dan
berpegang teguh pada Injil asli, tidak terpengaruh atau percaya pada pengajaran
palsu yang sekarang ini semakin berkembang. Paulus menjadi teladan yang indah
bagi kita semua untuk menjalani hidup di dunia ini dengan usaha keras untuk
berlari sampai garis finish, dan memenangkan pertandingan. Di sorga Allah telah
menyiapkan pahala bagi semua orang yang setia pada kebenaran. Amin!