Rabu, 06 Mei 2020

Mempelai Kristus


“Marilah kita bersukacita dan bersorak-sorai, dan memuliakan Dia! Karena hari perkawinan Anak Domba telah tiba, dan pengantin-Nya telah siap sedia. Dan kepadanya dikaruniakan supaya memakai kain lenan halus yang berkilau-kilauan dan yang putih bersih!” (Lenan halus itu adalah perbuatan-perbuatan yang benar dari orang-orang kudus.) ~Wahyu 19:7,8~

          Pernikahan adalah objek penting dalam hidup manusia. Melalui pernikahan Tuhan mengajarkan hubungan manusia dengan Tuhan. Manusia yang percaya kepada Kristus, akan menjadi mempelai-Nya. Sama halnya dengan mempelai dunia yang menikah, untuk menjadi mempelai Kristus pun harus memiliki karakteristik dan sepadan. Kristus akan datang menjemput Gereja yang dewasa dan penuh kemuliaan, Gereja yang “memakai kain lenan halus dan yang putih bersih.” Ia tidak akan menikah dengan mempelai yang tidak dewasa. Kristus tidak akan membagi takhta-Nya dengan orang-orang yang bertaraf anak-anak rohani yang menolak untuk bertumbuh, atau dengan mereka yang tidak sesuai dengan gambaran-Nya. “Jika kita bertekun, kita pun akan memerintah dengan Dia, jika kita menyangkal Dia, Dia pun akan menyangkal kita” (2 Tim. 2:12).

          Perumpamaan tentang sepuluh gadis dalam Matius 25:1-13, sangat bermakna. Perumpamaan ini tidak berbicara tentang orang-orang yang belum percaya. “Gadis-gadis” menunjukkan bahwa mereka semua adalah orang-orang  percaya yang telah dibasuh darah Anak Domba. Mereka semua sadar bahwa sang Mempelai Laki-laki akan segera datang. (Orang-orang yang belum percaya tidak memiliki iman dan tidak menanti-nantikan kedatangan-Nya). Penekanan utama dari perumpamaan ini bukanlah bahwa apakah gadis-gadis itu sudah diselamatkan atau belum, tetapi siapakah yang layak untuk ikut dalam perjamuan ketika Anak Domba datang. Para gadis yang dibolehkan masuk ke dalam pesta memiliki minyak di dalam pelitanya dan pelita itu menyala dengan terang bagi Yesus. Minyak melambangkan urapan dari persekutuan yang intim dengan Kristus. Para gadis yang tidak memiliki persediaan minyak telah melalaikan persekutuan mereka dengan Tuhan, dan mereka ditolak untuk masuk ke dalam perjamuan itu. Tuhan berkata kepada mereka, “Aku tidak mengenal kamu” (Mat. 25:12).

          Untuk menjadi mempelai Kristus kita harus memiliki syarat-syarat dan menggenapi kualifikasi-kualifikasi-Nya. 

          Hubungan yang dimiliki mempelai dengan Raja segala raja hanya diperuntukkan bagi orang-orang  percaya yang sepenuh hati saja, bukan mereka yang suam-suam kuku dan yang tidak bersungguh hati percaya kepada-Nya.
“Aku tahu segala pekerjaanmu: engkau tidak dingin atau tidak panas! Jadi karena engkau suam-suam kuku, dan tidak dingin atau panas, Aku akan memuntahkan engkau dari mulut-Ku” (Wahyu 3:15,16).

Semoga kita tidak menjadi orang yang suam-suam kuku tapi menjadi orang yang selalu mempersiapkan kedatangan-Nya, memiliki minyak dan layak untuk menjadi Mempelai Kristus…..Amin!