“Marilah kita bersukacita dan bersorak-sorai, dan memuliakan Dia!
Karena hari perkawinan Anak Domba telah tiba, dan pengantin-Nya telah siap
sedia. Dan kepadanya dikaruniakan supaya memakai kain lenan halus yang
berkilau-kilauan dan yang putih bersih!” (Lenan halus itu adalah
perbuatan-perbuatan yang benar dari orang-orang kudus.) ~Wahyu 19:7,8~
Pernikahan adalah objek
penting dalam hidup manusia. Melalui pernikahan Tuhan mengajarkan hubungan
manusia dengan Tuhan. Manusia yang percaya kepada Kristus, akan menjadi
mempelai-Nya. Sama halnya dengan mempelai dunia yang menikah, untuk menjadi
mempelai Kristus pun harus memiliki karakteristik dan sepadan. Kristus akan
datang menjemput Gereja yang dewasa dan penuh kemuliaan, Gereja yang “memakai
kain lenan halus dan yang putih bersih.” Ia tidak akan menikah dengan mempelai
yang tidak dewasa. Kristus tidak akan membagi takhta-Nya dengan orang-orang
yang bertaraf anak-anak rohani yang menolak untuk bertumbuh, atau dengan mereka
yang tidak sesuai dengan gambaran-Nya. “Jika kita bertekun, kita
pun akan memerintah dengan Dia, jika kita menyangkal Dia, Dia pun akan
menyangkal kita” (2 Tim. 2:12).
Perumpamaan tentang
sepuluh gadis dalam Matius 25:1-13, sangat bermakna. Perumpamaan ini tidak
berbicara tentang orang-orang yang belum percaya. “Gadis-gadis” menunjukkan
bahwa mereka semua adalah orang-orang percaya yang telah dibasuh darah Anak Domba. Mereka
semua sadar bahwa sang Mempelai Laki-laki akan segera datang. (Orang-orang yang
belum percaya tidak memiliki iman dan tidak menanti-nantikan kedatangan-Nya).
Penekanan utama dari perumpamaan ini bukanlah bahwa apakah gadis-gadis itu
sudah diselamatkan atau belum, tetapi siapakah yang layak untuk ikut dalam
perjamuan ketika Anak Domba datang. Para gadis yang dibolehkan masuk ke dalam
pesta memiliki minyak di dalam pelitanya dan pelita itu menyala dengan terang
bagi Yesus. Minyak melambangkan urapan dari persekutuan yang intim dengan
Kristus. Para gadis yang tidak memiliki persediaan minyak telah melalaikan
persekutuan mereka dengan Tuhan, dan mereka ditolak untuk masuk ke dalam
perjamuan itu. Tuhan berkata kepada mereka, “Aku tidak mengenal kamu” (Mat.
25:12).
Untuk menjadi mempelai Kristus
kita harus memiliki syarat-syarat dan menggenapi kualifikasi-kualifikasi-Nya.
Hubungan yang
dimiliki mempelai dengan Raja segala raja hanya diperuntukkan bagi
orang-orang percaya yang sepenuh hati
saja, bukan mereka yang suam-suam kuku dan yang tidak bersungguh hati percaya kepada-Nya.
“Aku tahu segala
pekerjaanmu: engkau tidak dingin atau tidak panas! Jadi karena engkau suam-suam
kuku, dan tidak dingin atau panas, Aku akan memuntahkan engkau dari mulut-Ku”
(Wahyu 3:15,16).
Semoga kita tidak menjadi orang yang suam-suam kuku tapi menjadi orang
yang selalu mempersiapkan kedatangan-Nya, memiliki minyak dan layak untuk
menjadi Mempelai Kristus…..Amin!