Kamis, 04 Agustus 2016

Mencapai Garis Akhir



1Di hadapan Allah dan Kristus Yesus yang akan menghakimi orang yang hidup dan yang mati, aku berpesan dengan sungguh-sungguh kepadamu demi penyataan-Nya dan demi Kerajaan-Nya:

2Beritakanlah firman, siap sedialah baik atau tidak baik waktunya, nyatakanlah apa yang salah, tegorlah dan nasihatilah dengan segala kesabaran dan pengajaran.

3Karena akan datang waktunya, orang tidak dapat lagi menerima ajaran sehat, tetapi mereka akan mengumpulkan guru-guru menurut kehendaknya untuk memuaskan keinginan telinganya.

4Mereka akan memalingkan telinganya dari kebenaran dan membukanya bagi dongeng.

5Tetapi kuasailah dirimu dalam segala hal, sabarlah menderita, lakukanlah pekerjaan pemberita Injil dan tunaikanlah tugas pelayananmu!

6Mengenai diriku, darahku sudah mulai dicurahkan sebagai persembahan dan saat kematianku sudah dekat.

7Aku telah mengakhiri pertandingan yang baik, aku telah mencapai garis akhir dan aku telah memelihara iman.

8Sekarang telah tersedia bagiku mahkota kebenaraan yang akan dikaruniakan kepadaku oleh Tuhan, Hakim yang adil, pada hari-Nya; tetapi bukan hanya kepadaku, melainkan juga kepada semua orang yang merindukan kedatangan-Nya. ( 2 Timotius 4:1-8)


     Ayat ini ditulis oleh Paulus kepada Timotius karena menyadari akan kemungkinan penganiayaan berat dari luar gereja dan adanya guru-guru palsu di dalam gereja. Paulus menasihatkan Timotius agar dia memelihara Injil, memberitakan Firman Allah, menanggung kesukaran dan melaksanakan tugas-tugasnya. Dalam ayat ini tertulis juga perkataan Paulus yang ia tuliskan sebelum pelaksanaan hukuman mati oleh kaisar Nero di Roma hampir 35 tahun setelah pertobatannya kepada Kristus di jalan Damsyik (ay. 6). Sebagai bapak rohani, ia sungguh mengasihi Timotius karena ia tahu Timotius adalah orang yang baik, tulus dan setia dan dapat dipercaya untuk terus melanjutkan tugas pelayanan. Ia mendorong Timotius untuk terus melaksanakan tugas pemberitaan Injil, menegor dan menasehati jemaat, karena akan ada masa di mana orang percaya tidak ingin lagi mendengar Injil yang asli, tetapi akan memalingkan muka/mencondongkan hati untuk lebih tertarik pada dongeng dan injil palsu. Mereka akan mengumpulkan guru-guru menurut kehendaknya untuk memuaskan keinginan telinga (ay.3). Mereka tidak akan mencari gembala menurut standar Firman Allah, tetapi mencari orang yang sesuai dengan keinginan duniawi mereka. Mereka akan memilih pengkhotbah yang pandai berpidato, mampu menghibur, dan berita yang akan meyakinkan mereka bahwa mereka dapat tetap menjadi Kristen sementara hidup menurut tabiat dosa.   

     Firman Allah yang tertulis harus menjadi pedoman tertinggi dalam kebenaran dan kelakuan kita. Kita harus memakai firman Allah yang diberikan oleh Roh Kudus sebagai pedoman untuk menilai kepercayaan dan kelakuan kita. Kecenderungan gereja untuk mendasarkan doktrin kelakuan, atau kebenaran baru pada pengalaman sendiri, mujizat, sukses, tujuan atau teori buatan manusia tanpa pembuktian alkitabiah yang kokoh, akan merupakan salah satu ciri utama Iblis untuk menipu dalam kemurtadan di hari-hari terakhir. Yesus mengingatkan semua orang percaya agar berjaga-jaga secara khusus terhadap orang yang mengaku dirinya sebagai nabi, guru dan pengkhotbah Kristen tetapi yang sebenarnya palsu, namun mereka mengadakan mujizat, penyembuhan dan tanda-tanda ajaib serta tampaknya sangat berhasil dalam pelayanan mereka. Pada saat yang bersamaan, nabi-nabi palsu ini akan memutarbalikkan dan menolak kebenaran dalam Firman Allah, (tentu saja tidak semua hamba-hamba Tuhan yang saat ini banyak melakukan mujizat adalah nabi palsu. Kita juga harus bisa membedakan!) Dalam injil Matius 7:22-23 tertulis: “Pada hari terakhir banyak orang akan berseru kepada-Ku: Tuhan, Tuhan, bukankah kami bernubuat demi nama-Mu, dan mengusir setan demi nama-Mu, dan mengadakan banyak mujizat demi nama-Mu juga? Pada waktu itulah Aku akan berterus terang kepada mereka dan berkata: Aku tidak pernah mengenal kamu. Enyahlah dari pada-Ku, kamu sekalian pembuat kejahatan!”

     Rasul Paulus telah menjadi teladan yang nyata kepada semua orang percaya karena imannya yang sungguh-sungguh murni dihadapan Tuhan. Ia telah berusaha di dalam peperangan iman, dalam terjemahan lama, “Aku telah berjuang dalam perjuangan yang baik.” Ketika meninjau kembali hidupnya bersama Allah, Paulus sadar bahwa ajalnya sudah dekat (ay.6). Ia melukiskan hidup kristennya sebagai berikut: Ia memandang hidup kristennya sebagai suatu peperangan. Ia berperang melawan Iblis, keburukan orang Yahudi dan kafir, Yudaisme, kebejatan dalam gereja, guru-guru palsu, pemutarbalikan Injil, keduniawian, dan dosa. Ia juga telah menyelesaikan pertandingannya di tengah pencobaan dan godaan dan tetap setia kepada Tuhan dan Juruselamatnya selama hidup. Paulus sudah memelihara iman pada masa-masa ujian yang berat, keputusasaan yang hebat dan banyak kesusahan, baik ketika diserang oleh guru palsu maupun ditinggalkan oleh sahabat. Paulus tidak pernah mengurangi Injil asli.

Karena Paulus tetap setia kepada Tuhannya dan Injil yang dipercayakan kepadanya, maka Roh Kudus bersaksi kepadanya bahwa persetujuan Allah dan “mahkota kebenaran” tersedia bagi dia di sorga.


     Semoga Firman Tuhan ini akan terus menjadi pedoman bagi kita semua untuk sungguh-sungguh memelihara iman yang murni di dalam Tuhan, dan berpegang teguh pada Injil asli, tidak terpengaruh atau percaya pada pengajaran palsu yang sekarang ini semakin berkembang. Paulus menjadi teladan yang indah bagi kita semua untuk menjalani hidup di dunia ini dengan usaha keras untuk berlari sampai garis finish, dan memenangkan pertandingan. Di sorga Allah telah menyiapkan pahala bagi semua orang yang setia pada kebenaran. Amin!