Senin, 27 Maret 2017

A Righteous Man


“……Nuh adalah seorang yang benar dan tidak bercela di antara orang-orang sezamannya; dan Nuh itu hidup bergaul dengan Allah.”

(Noah was a righteous man, blameless among the people of his time, and he walked with God. (Genesis 6:9)



     Manusia adalah makhluk ciptaan Tuhan yang termulia diantara makhluk-makhluk yang lain. Tuhan menciptakan laki-laki dan perempuan menurut “gambar dan “rupa”-Nya. Berdasarkan gambar ini, mereka dapat menanggapi dan bersekutu dengan Allah dan secara unik mencerminkan kasih, kemuliaan dan kekudusan-Nya. Manusia memiliki keserupaan moral dengan Allah, karena mereka tidak berdosa dan kudus, memiliki hikmat, hati yang mengasihi dan kehendak untuk melakukan yang benar. Mereka hidup dalam persekutuan pribadi dengan Allah yang meliputi ketaatan moral dan hubungan yang intim. Namun ketika manusia itu jatuh dalam dosa, kejahatannya besar, dan kecenderungan hati mereka selalu jahat, maka keserupaan moral dengan Allah itu tercemar dan sangat menyedihkan hati Tuhan dan bahkan Tuhan menyesal karena telah menciptakan manusia (Kejadian 6:6).

     Pada zaman Nuh, ketika manusia mulai bertambah banyak jumlahnya di muka bumi, mereka saling mengawinkan antara “anak-anak Allah” dan “anak-anak  perempuan manusia.” “Anak-anak Allah”, kemungkinan besar adalah keturunan Set yang saleh. Mereka mulai menikah dengan “anak-anak perempun manusia” yaitu wanita tidak saleh dari keturunan Kain. (Teori bahwa “anak-anak Allah” itu adalah malaikat, kurang dapat diterima karena Yesus menyatakan bahwa malaikat tidak menikah, Matius 22:30, Mark 12:25). Persatuan orang saleh dengan yang tidak saleh ini menghasilkan “kejahatan”. Sebagai akibatnya, bumi ini tercemar dan dipenuhi dengan kekerasan dan kejahatan. Pada zaman Nuh kejahatan manusia begitu besar dan terang-terangan yaitu dengan perkawinan bebas. “Anak-anak Allah” melihat bahwa “anak-anak perempuan” itu cantik-cantik, lalu mereka mengambil istri dari antara perempuan-perempuan itu siapa saja yang mereka sukai (Kejadian 6:2). Hal ini sangat memilukan hati Tuhan sehingga Ia berfirman: “Aku akan menghapuskan manusia yang telah Kuciptakan itu dari muka bumi, baik manusia maupun hewan dan binatang-binatang melata dan burung-burung di udara, sebab Aku menyesal, bahwa Aku telah menjadikan mereka. (Kejadian 6:7).

Tetapi yang menarik, selanjutnya dikatakan: “ Tetapi Nuh mendapat kasih karunia di mata Tuhan.” (Kejadian 6:8). Di tengah kefasikan dan kejahatan yang merajalela ketika itu, Allah menemukan dalam diri Nuh, seorang yang benar, tidak bercela dan berhubungan karib dengan-Nya. “Tidak bercela di antara orang-orang sezamannya” menunjukkan bahwa dia memisahkan diri dari kejahatan moral masyarakat disekitarnya. Oleh karena iman dan pergaulannya dengan Allah itu, maka ia mendapat kasih karunia dari Allah. Ia diselamatkan dari murka Allah. Allah berfirman, dan firman-Nya pasti digenapi.

Allah berfirman kepada Nuh: “Aku telah memutuskan untuk mengakhiri hidup segala makhluk, sebab bumi telah penuh dengan kekerasan oleh mereka, jadi Aku akan memusnahkan mereka bersama-sama dengan bumi. Buatlah bagimu sebuah bahtera, ………Sebab sesungguhnya Aku akan mendatangkan air bah meliputi bumi untuk memusnahkan segala yang hidup dan bernyawa di kolong langit; segala yang ada di bumi akan mati binasa. Tetapi dengan engkau Aku akan mengadakan perjanjian-Ku, dan engkau akan masuk ke dalam bahtera itu: engkau bersama-sama dengan anak-anakmu dan istrimu dan istri anak-anakmu. Dan dari segala yang hidup, dari segala makhluk, dari semuanya haruslah engkau bawa satu pasang ke dalam bahtera itu, supaya terpelihara hidupnya bersama –sama dengan engkau; jantan dan betina harus kaubawa.” (Kejadian 6:13-19). Allah tidak main-main dengan apa yang dikatakan-Nya. Ia sungguh-sungguh membinasakan manusia dan melenyapkan bumi, tapi Nuh dan keluarganya diselamatkan.

     Seringkali cerita tentang Nuh ini dianggap suatu cerita yang biasa-biasa saja atau hanya cerita untuk anak Sekolah minggu saja di gereja, sehingga tidak begitu menarik perhatian kita. Tidak menyentuh hati. Sudah kuno. Yang menarik sekarang adalah cerita “Beauty and the Beast” atau cerita-cerita yang diluar Alkitab. Saudara, kalau ini yang terjadi, maka bersiap-siaplah, karena kita akan mengalami nasib yang sama dengan orang-orang pada zaman Nuh. Manusia yang tidak ada lagi ketertarikan dengan Tuhan kecenderungannya adalah tertarik dan mengikuti dunia dan kehidupan bebas didalamnya termasuk perilaku amoral, kefasikan, pornografi dan kekerasan. Tuhan akan membinasakan kita, walaupun tidak dibinasakan lagi dengan air bah seperti pada zaman Nuh tapi Tuhan akan menghukum dan membinasakan kita dengan cara yang berbeda. Kita akan dilemparkan ke dalam lautan api kekal selama-lamanya jika kita terus menerus berbuat jahat, mengikuti dunia dan tidak mengikuti Tuhan. Cerita tentang Nuh ini, sebenarnya memiliki arti yang dalam. Bahtera yang dipakai sebagai sarana untuk menyelamatkan keluarga Nuh  adalah melambangkan “Kristus.” Kita tidak lagi hidup di zaman Nuh, karena kehidupan di zaman Nuh dan semua yang ada sudah dibinasakan, tetapi cerita ini masih sangat berkaitan dengan kehidupan kita di zaman sekarang ini. Perilaku manusia di zaman Nuh ada di zaman kita saat ini. Tuhan akan menghukum.  Tapi karena Allah itu kasih dan Dia begitu mengasihi manusia, maka Ia menyediakan sarana untuk keselamatan manusia yaitu melalui Yesus Kristus. Dalam Yohanes 3:16 tertulis: “Karena begitu besar kasih Allah akan dunia ini, sehingga Ia telah mengaruniakan Anak-Nya yang tunggal, supaya setiap orang yang percaya kepada-Nya tidak binasa, melainkan beroleh hidup yang kekal. “ Ayat ini mengungkapkan isi hati dan tujuan Allah. Kasih Allah sangat luas untuk menjangkau semua orang di dunia ini. Allah ingin kita mempercayai Tuhan dan mengikuti jalan dan perintah-Nya. Mengikuti perintah Tuhan artinya tidak lagi hidup mengikuti dan mengasihi dunia. Kita dituntut untuk hidup bergaul erat dengan Tuhan, mengasihi Tuhan, dan hidup tidak bercela. Nuh adalah teladan bagi kita untuk hidup berkenan kepada Tuhan ditengah kefasikan yang merajalela, tapi ia terbukti hidup tidak bercela dan hidup benar di mata Tuhan. Kiranya Tuhan memampukan kita untuk mengikuti Tuhan, bergaul akrab dengan-Nya, mengikuti perintah-perintah-Nya dan hidup berkenan di hadapan-Nya. Tidak mudah, tapi jika kita memohon pertolongan-Nya untuk memampukan kita, sedikit demi sedikit, kita pasti bisa. Tuhan Yesus Memberkati, Amin!