Rabu, 30 Oktober 2013

BAPA

Salah satu kebanggaan kita menjadi orang Kristen adalah bahwa kita dapat memanggil Allah sebagai Bapa. Pada waktu Yesus masih ada dalam dunia, Ia mengajarkan kepada murid-murid-Nya bagaimana berdoa. “Tetapi jika engkau berdoa, masuklah ke dalam kamarmu, tutuplah pintu dan berdoalah kepada Bapamu yang ada di tempat tersembunyi. Maka Bapamu yang melihat yang tersembunyi akan membalasnya kepadamu…. Karena itu berdoalah demikian: Bapa kami yang di Sorga, dikuduskanalah nama-Mu, datanglah Kerajaan-mu, jadilah kehendak-Mu di bumi seperti di sorga…dst” (Matius 6: 6, 9 & 10).
   Pemakaian istilah “Bapa” mungkin terasa asing bagi kita, karena kita mengenal kata “bapa” adalah bapa kita secara jasmani. Atau orang Israel yang mengenal bapa leluhur mereka yaitu Adam juga Abraham.  Kenapa Yesus mengajar murid-murid-Nya untuk memanggil Allah dengan sebutan Bapa?  Kita tahu bahwa bapa adalah orang yang bertanggungjawab, walaupun kenyataannya ada bapa dalam dunia ini yang tidak bertanggungjawab dan melakukan kejahatan kepada anaknya sendiri, tapi kata “bapa” itu menandakan suatu hubungan yang sangat dekat dan akrab. Ketika kita memanggil Allah sebagai Bapa, saat itu kita merasa sangat dekat dan akrab dengan Dia. Tidak ada ketakutan karena Dia mengasihi kita, mempedulikan kita dan gembira menyambut kita, persekutuan dan keakraban kita. Melalui  Yesus Kristus kita dapat menghampiri Dia setiap saat dengan menyembah dan membawa setiap persoalan kita kepada-Nya. Sebagai Bapa yang menciptakan kita, Dia bertanggungjawab atas kita. Dia mencukupi kebutuhan kita,  melindungi kita dan menjamin hari depan kita bukan hanya di dunia ini tapi juga di sorga. Namun perlu diingat bahwa Allah sebagai Bapa, tidak berarti bahwa Dia seperti seorang bapa manusiawi yang membiarkan anak-anaknya berbuat salah atau yang tidak mendisiplinkan anaknya dengan benar.  Allah adalah Bapa yang kudus yang harus menentang dosa. Allah tidak akan membiarkan dosa sekalipun di dalam diri orang-orang yang memanggil Dia sebagai Bapa. Nama-Nya harus dikuduskan. Sebagai Bapa, Ia dapat memberi berkat dan juga dapat menghukum; dapat menahan atau memberi dan bertindak dengan adil atau dengan murah hati. Cara Allah menanggapi kita sebagai anak-anaknya tergantung pada iman dan ketaatan kita kepada-Nya. Oleh karenanya jika kita ingin Bapa lebih mengasihi kita, kita harus beriman dan taat kepada-Nya dengan cara:
  1. Melakukan apa yang Dia mau.  Melakukan perintah-perintah-Nya dan menjauhi apa yang Dia tidak suka  (dosa-dosa).   
  1. Memuji dan menyembah Dia.Kita mulai memuji Tuhan, bersyukur kepada Tuhan lewat nyanyian, lewat hati yang berterima kasih dan lewat hidup yang berubah.

  1. Bersedia untuk melayani Dia dengan sungguh-sungguh.Bapa kita tidak pernah mengecewakan kita. Selalu yang terbaik Dia sediakan buat kita. Kalau kita mengasihi Dia, kita harus melayani Dia dengan sungguh-sungguh. Di dalam gereja, misalnya, kita melayani Tuhan; di tengah-tengah masyarakat, kita melayani Tuhan; di tengah lingkungan pekerjaan kita, kita melayani Tuhan.
  1. Bersedia untuk berkorban
Berkorban tenaga, waktu, harta. Apa yang kita berikan tidak akan bisa menyamai apa yang telah Tuhan buat atau berikan kepada kita.
SUNGGUH SUATU HAK ISTIMEWA JIKA KITA DAPAT MEMANGGIL ALLAH ITU BAPA!  MARILAH KITA TERUS BERIMAN DAN BELAJAR TAAT KEPADA BAPA KITA, Tuhan Yesus Memberkati! Amin!!!   

Senin, 14 Oktober 2013

Raja dan Burung Elangnya

Sebuah kisah tentang seorang raja yang perkasa, dan suka sekali berburu. Di mana saja bahkan ketika perang, sang raja mencari kesempatan untuk berburu. Suatu saat sang raja pergi berburu bersama pengawalnya dan burung elang kesayangannya. Burung elang yang dipelihara dan dilatih sejak masih kecil, sangat patuh dan selalu membantu tuannya. Setelah beberapa lama berburu sang raja berhasil memanah beberapa ekor rusa, juga belasan kelinci dan burung. Mereka kehabisan bekal air. Raja segera memerintahkan pengawalnya mencari air. Dia duduk di bawah pohon rindang.
 Suasana hutan yang sunyi sepi, membuat raja dapat menangkap suara gemericik. Raja berdiri dan mencari asal suara itu. Tidak lama kemudian ia menjumpai sebuah bukit karang. Puncak bukit karang itu mengalirkan air jernih sehingga menjadi sebuah air terjun kecil, Raja sangat senang. Dia mengambil buli-bulinya yaitu botol air yang terbuat dari keramik untuk diisi dengan air itu. Raja semakin haus ketika dia menunggu botol airnya penuh. Setelah penuh raja siap minum.
Ketika raja mau minum, tiba-tiba burung elang kesayangannya menukik. Cakarnya yang tajam dan kuat menerjang tangan kanan raja yang memegang botol air. Botol air jatuh dan airnya tumpah. Raja tertawa kecil dan mengira elangnya sedang bergurau. Dia mengisi botol air lagi. Namun sebelum botol itu penuh, burung itu kembali menerjang tangan raja. Botol air itu jatuh dan isinya tumpah. Raja marah. Dia mencabut pedangnya dan mengacungkannya. ‘Aku akan membunuhmu jika menghalangi aku minum…Pergi sana!” Teriaknya marah. Elang itu mencicit seperti mengerti perkataan tuannya. Tapi dia tidak pergi dan terus melayang-layang di situ. Untuk ketiga kalinya raja mengisi botol airnya dengan tangan kiri dan tangan kanan menggenggam pedang terhunus. Elang itu kembali menerjang bahkan dengan mengerahkan seluruh tenaganya. Botol air terlempar jauh dan pecah, bahkan tangan raja tergores cakar yang tajam itu. Bersama dengan itu, pedang raja menebas, elang itu mati seketika terkena sabetan pedang. “Elang tak tahu diri. Seenaknya menghalangiku minum. Lebih baik aku ke puncak bukit karang saja dan minum langsung dari mata airnya. Pasti lebih segar.” Pikir sang raja kesal.
 Dia segera mendaki bukit karang. Sampai di puncak bukit karang itu sang raja terbelalak kaget dan ngeri. Ada bangkai seekor kalajengking raksasa yang sangat beracun di dalam mata air itu. Raja pucat pasi. Air itu ternyata beracun. Seandainya tadi dia minum air itu, tentu dia sudah mati keracunan. Elang kesayangannya telah melihat hal itu dari ketinggian dan mencegahnya minum air beracun. Elang itu berkorban bagi keselamatan tuannya. Sang raja jatuh terduduk dan menangis mengingat pengorbanan elangnya. Hidupnya telah diselamatkan oleh seekor burung elang.
Yesus “Domba Allah”, Ia dihina, dibenci dan dihindari orang, Ia tertikam oleh karena pemberontakan kita dan diremukkan oleh kejahatan kita. Ia sangat menderita, sakit, mengalami kekecewaan dan kesedihan besar karena dosa-dosa umat manusia. Ia tidak berdosa tetapi tersalib dan mati. Ia lakukan semua itu karena Ia sangat mengasihi dan mencintai kita. Ia lakukan semua itu supaya kita tidak mati tapi hidup….
 
Doa: Tuhan, Engkau sudah berkorban,  rela mati semua karena cinta-Mu kepada kami, namun seringkali kami tidak menghargai bahkan menyia-nyiakan pengorbanan-Mu dan tidak mempercayai-Mu. Kami merasa bahwa kami kuat, pintar dan tidak membutuhkan Engkau. Kami merasa bahwa hidup ini adalah milik kami dan berbuat apapun seperti yang kami ingini. Kami berjalan dijalan kami sendiri dan tidak menghiraukan-Mu yang sedang memanggil sampai akhirnya kami tersesat, Tuhan…ampuni kami! Berilah hati yang lembut dan peka sehingga kami dapat mempercayai-Mu dengan segenap hati, dan meresponi panggilan-Mu saat ini dimana Engkau masih mengizinkan kami untuk boleh menikmati kehidupan di dunia. Ajar dan ingatkan kami Tuhan bahwa hidup di dunia ini hanya sementara, tapi Engkau sudah dan sedang mempersiapkan kami untuk hidup selamanya di sorga. Ajar kami untuk menyadari bahwa hidup kami adalah “hanya seperti bunga yang berkembang lalu layu dan seperti bayang-bayang kemudian hilang lenyap dan tidak dapat bertahan”. 
Ajar kami untuk menyadari bahwa Engkau segalanya dalam hidup ini. Namun kami bersyukur Tuhan buat semua yang telah Engkau beri dalam kehidupan kami. Terima kasih buat keluarga dan teman-teman yang Engkau beri. Terima kasih untuk apapun yang terjadi dalam hidup kami, entah itu hal baik atau buruk. Biarlah semua yang terjadi membuat kami akhirnya menyadari dan menghargai betapa berharganya waktu dan kehidupan yang Engkau beri.
Terima kasih Tuhan untuk semua yang telah Engkau buat, hanya dalam nama-Mu Yesus, Tuhan dan Juruselamat, kami berdoa, Amin!!!