sebab kamu tahu, bahwa ujian terhadap imanmu itu
menghasilkan ketekunan.
Dan biarkanlah ketekunan itu memperoleh buah yang matang,
supaya kamu menjadi sempurna dan utuh dan tak kekurangan suatu apa pun.
Tetapi apabila di
antara kamu ada yang kekurangan hikmat, hendaklah ia memintakannya kepada
Allah, - yang memberikan kepada semua orang dengan murah hati dan dengan tidak
membangkit-bangkit-, maka hal itu akan diberikan kepadanya.
Hendaklah ia memintanya dalam iman, dan sama sekali jangan
bimbang, sebab orang yang bimbang sama dengan gelombang laut, yang
diombang-ambingkan kian kemari oleh angin.
Orang yang demikian janganlah mengira, bahwa ia menerima
sesuatu dari Tuhan.
Sebab orang yang mendua hati tidak akan tenang dalam
hidupnya. (Yakobus 1:2-8)
Yakobus menuliskan
ini untuk membangun semangat orang percaya yang
sedang menderita berbagai
pencobaan. Dalam bagian ini, kata “pencobaan”menunjuk kepada penganiayaan dan
kesulitan yang terjadi, yang datang dari dunia atau Iblis (walaupun dalam pasal
selanjutnya Yakobus mengatakan bahwa pencobaan itu berasal dari keinginan diri
sendiri karena dipikat dan diseret olehnya). Dalam menghadapi pencobaan,
Yakobus menekankan bahwa orang percaya harus bersukacita dan berbahagia. Tentu
sulit untuk bersukacita dan berbahagia di tengah keadaan yang sulit, banyak
orang tidak akan sanggup melakukan itu. Saya pun tidak. Namun, kenapa orang Kristen diajar untuk
bersukacita apalagi berbahagia di saat mengalami masa-masa yang sulit? Karena,
pencobaan yang terjadi adalah pengujian terhadap iman kita. Iman kita hanya
dapat mencapai kedewasaan penuh apabila diperhadapkan dengan kesulitan dan
tantangan. Pencobaan kadang-kadang
menimpa kehidupan orang percaya supaya Allah dapat menguji kesungguhan iman
mereka. Alkitab tidak pernah mengajarkan bahwa kesulitan di dalam hidup ini
selalu menandakan bahwa Allah tidak senang dengan kita. Bahkan surat Ibrani 12:5-11
mengatakan: “Hai anakku, janganlah anggap enteng didikan Tuhan, dan janganlah
putus asa apabila engkau diperingatkan-Nya; karena Tuhan menghajar orang yang
dikasihi-Nya, dan menyesah orang yang diakui-Nya sebagai anak. Jika kamu harus
menanggung ganjaran; Allah memperlakukan kamu seperti anak. Dimanakah terdapat
anak yang tidak dihajar oleh ayahnya? Tetapi, jikalau kamu bebas dari ganjaran,
yang harus diderita setiap orang, maka kamu bukanlah anak, tetapi anak-anak
gampang. Selanjutnya: dari ayah kita yang sebenarnya kita beroleh ganjaran, dan
mereka kita hormati; kalau demikian bukankah kita harus lebih taat kepada Bapa
segala roh, supaya kita beroleh hidup? Sebab mereka mendidik kita dalam waktu
yang pendek sesuai dengan apa yang mereka anggap baik, tetapi Dia menghajar
kita untuk kebaikan kita, supaya kita beroleh bagian dalam kekudusan-Nya.
Memang tiap-tiap ganjaran pada waktu ia diberikan tidak mendatangkan sukacita,
tetapi dukacita. Tetapi kemudian ia menghasilkan buah kebenaran yang memberikan
damai kepada mereka yang dilatih olehnya.”
Didikan Tuhan atas
orang-orang percaya dan kesukaran serta penderitaan yang diizinkan-Nya terjadi
dalam kehidupan kita, semuanya itu merupakan tanda bahwa kita adalah anak-anak
Allah. Semuanya itu merupakan jaminan bahwa Allah mengasihi dan memperhatikan
kita. Penderitaan adalah hal yang menyakitkan dan sangat tidak menyenangkan.
Namun, penderitaan datang untuk menjadikan kita lebih bijaksana, untuk
menghapuskan kesombongan kita dan kehidupan yang semu. Tujuan penderitaan
adalah untuk memperbaiki hal-hal yang rusak dalam kepribadian kita. Penderitaan
pun bisa terjadi walaupun orang tidak melakukan dosa. Penderitaan menyebabkan
rasa sakit pada jasmani dan rohani kita, tapi rasa sakit ini perlu karena dapat
menyelamatkan kita dari kehancuran total. Tanpa penderitaan, manusia akan
menuju kehancuran. Penderitaan atau rasa sakit, adalah KARUNIA. "Sebab kepada kamu dikaruniakan bukan saja untuk percaya kepada Kristus, melainkan juga untuk menderita untuk Dia (Filipi 1:29). KARUNIA yang
tidak seorangpun suka menerimanya. Philip Yancey, dalam bukunya yang berjudul,
Where Is God When It Hurts, mengilustrasikan dalam tulisannya tentang seorang
penderita kusta. Seorang penderita kusta, tanpa ragu akan mengambil sepotong
ubi yang jatuh dalam bara api karena ia tidak merasakan panasnya api tersebut.
Tangan dan jarinya akan terbakar dan akan melepuh, terkena infeksi, bernanah,
membusuk, dan akhirnya lepas dari tubuhnya. Dalam proses ini, ia sama sekali
tidak mengalami rasa sakit. Seorang penderita kusta lainnya mengalami kebutaan.
Tiap pagi ia mencuci mukanya dan membersihkan matanya dengan air. Ia tidak
sadar bahwa air yang digunakannya adalah air panas. Tetapi, ia tidak merasakan
panasnya air itu. Oleh sebab itu, biji matanya terbakar. Semua proses ini
terjadi karena ia tidak mengalami rasa sakit. Kedua kasus ini terjadi karena
mereka kehilangan rasa sakit, kehilangan unsur rasa yang ada pada tubuh mereka.
Akibat hilangnya perasaan ini, ia tidak dapat melindungi bagian tubuhnya yang
terancam bahaya. Penderitaan dalam
bentuk rasa sakit dibutuhkan untuk melindungi tubuh. Rasa sakit dibutuhkan untuk
menyelamatkan bagian tubuh kita. Rasa sakit dibutuhkan untuk mengadakan aksi
perbaikan: menarik tangan dari api dan air panas supaya tidak terjadi hal yang
lebih parah.
Seorang penulis
Kristen terkenal lainnya, C.S LEWIS, mengatakan bahwa penderitaan adalah
“megafon Tuhan” kepada kita untuk menyadarkan kita. Seruan Tuhan ini bisa
membuat kita membenci Dia dan menjauhkan diri dari Dia karena penderitaan yang
Dia izinkan itu, tetapi sebaliknya, seruan Tuhan dapat menyadarkan kita dan
membawa kita kembali kepada Dia.” Itulah sebabnya kita perlu mengalami
penderitaan untuk menyelamatkan kehidupan rohani kita yang berdosa ini dari
kemusnahan. Penderitaan dibutuhkan untuk menyadarkan kita dari dosa dan
mengarahkan diri kita kepada jalan yang membawa kita kepada keselamatan.
Seperti sudah
dituliskan diatas bahwa ada dua kemungkinan akibat yang terjadi karena didikan
Tuhan ini; Pertama; kita akan tetap bertahan dalam kesukaran karena pimpinan
Allah dan tunduk kepada Allah dan tetap setia kepada-Nya seperti Daniel yang dibuang ke gua singa dan tetap percaya kepada Tuhan; dan kemungkinan kedua;
mungkin kita akan memandang ringan didikan Tuhan ini, memberontak kepada Tuhan
karena penderitaan dan kesukaran, dan oleh karena kesukaran dan penderitaan
ini, kita kecewa, kita bisa berkata bahwa Tuhan jahat, kita bisa meninggalkan
Tuhan bahkan murtad dari Allah. Hal ini jangan sampai terjadi dalam kehidupan
kita. Tapi biarlah di dalam segala bentuk kesengsaraan, kita harus lebih
sungguh-sungguh mencari Allah lewat doa, puji-pujian, dan firman-Nya yang
menguatkan kita. Kita juga harus meninggalkan segala sesuatu yang bertentangan
dengan kekudusan-Nya, karena Tuhan berfirman: “Kejarlah kekudusan, sebab tanpa
kekudusan tidak seorang pun akan melihat Tuhan.” Menjadi kudus berarti terpisah
dari dosa dan dikhususkan bagi Allah, hidup dekat dengan Allah, mencari
kehadiran-Nya, kebenaran dan persekutuan-Nya dengan sepenuh hati. Kekudusan
merupakan prioritas utama Allah bagi para pengikut-Nya. Kekudusan merupakan
maksud Allah bagi umat-Nya ketika Ia datang ke bumi ini. Kekudusan merupakan
maksud Allah bagi umat-Nya ketika Kristus harus menyerahkan diri-Nya disalib
untuk kita. Kekudusan merupakan maksud Allah ketika menjadikan kita ciptaan
baru dan memberikan Roh Kudus kepada kita. Tanpa kekudusan tak seorang pun
dapat berguna bagi Allah. Tanpa kekudusan tak mungkin kita dekat atau bersekutu
dengan Allah. Tanpa kekudusan tidak seorang pun akan melihat Allah.
Ya, mungkin saat ini kita diperhadapkan
dengan pencobaan yang sangat
berat, kesedihan,kesehatan bermasalah, kondisi
keuangan tipis dan tidak punya pekerjaan, atau bekerja tapi gaji yang sangat
minim dan tidak mencukupi kebutuhan keluarga, di caci maki, difitnah, dibenci,
ditekan tanpa kita tahu kesalahan kita, diperlakukan tidak adil oleh orang
lain, ditipu dan sebagainya…Ingat! Tuhan ada bersama kita! Dia tidak
meninggalkan dan membiarkan kita menanggung penderitaan itu seorang diri.. Dia
sangat mengasihi kita. Dia hanya INGIN,
lewat kesulitan dan penderitaan, kita mau datang dan sungguh-sungguh mencari
Dia. Dia tidak menginginkan kita tersesat dan akhirnya binasa. Oleh karenanya,
saat ini jika ada yang mengalami kesulitan dan penderitaan dalam hidup, jangan
berhenti mempercayai Tuhan, jangan meninggalkan Tuhan apalagi murtad! Tetap bertekun dalam iman percaya kita kepada-Nya. Disaat
kita terus mempercayai-Nya, Dia akan memberikan kita kekuatan untuk menanggung
segala kesulitan dan penderitaan yang terjadi dalam hidup kita.
Amin!!!