Sabtu, 21 Juni 2014

Penderitaan dan Ketekunan




  Saudara-saudaraku, anggaplah sebagai suatu kebahagiaan, apabila kamu jatuh ke dalam berbagai-bagai pencobaan, 

  sebab kamu tahu, bahwa ujian terhadap imanmu itu menghasilkan ketekunan.

  Dan biarkanlah ketekunan itu memperoleh buah yang matang, supaya kamu menjadi sempurna dan utuh dan tak kekurangan suatu apa pun.

  Tetapi apabila  di antara kamu ada yang kekurangan hikmat, hendaklah ia memintakannya kepada Allah, - yang memberikan kepada semua orang dengan murah hati dan dengan tidak membangkit-bangkit-, maka hal itu akan diberikan kepadanya.

  Hendaklah ia memintanya dalam iman, dan sama sekali jangan bimbang, sebab orang yang bimbang sama dengan gelombang laut, yang diombang-ambingkan kian kemari oleh angin.

  Orang yang demikian janganlah mengira, bahwa ia menerima sesuatu dari Tuhan.

  Sebab orang yang mendua hati tidak akan tenang dalam hidupnya. (Yakobus 1:2-8)

   Yakobus menuliskan ini untuk membangun semangat orang percaya yang
sedang menderita berbagai pencobaan. Dalam bagian ini, kata “pencobaan”menunjuk kepada penganiayaan dan kesulitan yang terjadi, yang datang dari dunia atau Iblis (walaupun dalam pasal selanjutnya Yakobus mengatakan bahwa pencobaan itu berasal dari keinginan diri sendiri karena dipikat dan diseret olehnya). Dalam menghadapi pencobaan, Yakobus menekankan bahwa orang percaya harus bersukacita dan berbahagia. Tentu sulit untuk bersukacita dan berbahagia di tengah keadaan yang sulit, banyak orang tidak akan sanggup melakukan itu. Saya pun tidak.  Namun, kenapa orang Kristen diajar untuk bersukacita apalagi berbahagia di saat mengalami masa-masa yang sulit? Karena, pencobaan yang terjadi adalah pengujian terhadap iman kita. Iman kita hanya dapat mencapai kedewasaan penuh apabila diperhadapkan dengan kesulitan dan tantangan.  Pencobaan kadang-kadang menimpa kehidupan orang percaya supaya Allah dapat menguji kesungguhan iman mereka. Alkitab tidak pernah mengajarkan bahwa kesulitan di dalam hidup ini selalu menandakan bahwa Allah tidak senang dengan kita. Bahkan surat Ibrani 12:5-11 mengatakan: “Hai anakku, janganlah anggap enteng didikan Tuhan, dan janganlah putus asa apabila engkau diperingatkan-Nya; karena Tuhan menghajar orang yang dikasihi-Nya, dan menyesah orang yang diakui-Nya sebagai anak. Jika kamu harus menanggung ganjaran; Allah memperlakukan kamu seperti anak. Dimanakah terdapat anak yang tidak dihajar oleh ayahnya? Tetapi, jikalau kamu bebas dari ganjaran, yang harus diderita setiap orang, maka kamu bukanlah anak, tetapi anak-anak gampang. Selanjutnya: dari ayah kita yang sebenarnya kita beroleh ganjaran, dan mereka kita hormati; kalau demikian bukankah kita harus lebih taat kepada Bapa segala roh, supaya kita beroleh hidup? Sebab mereka mendidik kita dalam waktu yang pendek sesuai dengan apa yang mereka anggap baik, tetapi Dia menghajar kita untuk kebaikan kita, supaya kita beroleh bagian dalam kekudusan-Nya. Memang tiap-tiap ganjaran pada waktu ia diberikan tidak mendatangkan sukacita, tetapi dukacita. Tetapi kemudian ia menghasilkan buah kebenaran yang memberikan damai kepada mereka yang dilatih olehnya.”

   Didikan Tuhan atas orang-orang percaya dan kesukaran serta penderitaan yang diizinkan-Nya terjadi dalam kehidupan kita, semuanya itu merupakan tanda bahwa kita adalah anak-anak Allah. Semuanya itu merupakan jaminan bahwa Allah mengasihi dan memperhatikan kita. Penderitaan adalah hal yang menyakitkan dan sangat tidak menyenangkan. Namun, penderitaan datang untuk menjadikan kita lebih bijaksana, untuk menghapuskan kesombongan kita dan kehidupan yang semu. Tujuan penderitaan adalah untuk memperbaiki hal-hal yang rusak dalam kepribadian kita. Penderitaan pun bisa terjadi walaupun orang tidak melakukan dosa. Penderitaan menyebabkan rasa sakit pada jasmani dan rohani kita, tapi rasa sakit ini perlu karena dapat menyelamatkan kita dari kehancuran total. Tanpa penderitaan, manusia akan menuju kehancuran. Penderitaan atau rasa sakit, adalah KARUNIA. "Sebab kepada kamu dikaruniakan bukan saja untuk percaya kepada Kristus, melainkan juga untuk menderita untuk Dia (Filipi 1:29). KARUNIA yang tidak seorangpun suka menerimanya. Philip Yancey, dalam bukunya yang berjudul, Where Is God When It Hurts, mengilustrasikan dalam tulisannya tentang seorang penderita kusta. Seorang penderita kusta, tanpa ragu akan mengambil sepotong ubi yang jatuh dalam bara api karena ia tidak merasakan panasnya api tersebut. Tangan dan jarinya akan terbakar dan akan melepuh, terkena infeksi, bernanah, membusuk, dan akhirnya lepas dari tubuhnya. Dalam proses ini, ia sama sekali tidak mengalami rasa sakit. Seorang penderita kusta lainnya mengalami kebutaan. Tiap pagi ia mencuci mukanya dan membersihkan matanya dengan air. Ia tidak sadar bahwa air yang digunakannya adalah air panas. Tetapi, ia tidak merasakan panasnya air itu. Oleh sebab itu, biji matanya terbakar. Semua proses ini terjadi karena ia tidak mengalami rasa sakit. Kedua kasus ini terjadi karena mereka kehilangan rasa sakit, kehilangan unsur rasa yang ada pada tubuh mereka. Akibat hilangnya perasaan ini, ia tidak dapat melindungi bagian tubuhnya yang terancam bahaya.  Penderitaan dalam bentuk rasa sakit dibutuhkan untuk melindungi tubuh. Rasa sakit dibutuhkan untuk menyelamatkan bagian tubuh kita. Rasa sakit dibutuhkan untuk mengadakan aksi perbaikan: menarik tangan dari api dan air panas supaya tidak terjadi hal yang lebih parah.

   Seorang penulis Kristen terkenal lainnya, C.S LEWIS, mengatakan bahwa penderitaan adalah “megafon Tuhan” kepada kita untuk menyadarkan kita. Seruan Tuhan ini bisa membuat kita membenci Dia dan menjauhkan diri dari Dia karena penderitaan yang Dia izinkan itu, tetapi sebaliknya, seruan Tuhan dapat menyadarkan kita dan membawa kita kembali kepada Dia.” Itulah sebabnya kita perlu mengalami penderitaan untuk menyelamatkan kehidupan rohani kita yang berdosa ini dari kemusnahan. Penderitaan dibutuhkan untuk menyadarkan kita dari dosa dan mengarahkan diri kita kepada jalan yang membawa kita kepada keselamatan.

  Seperti sudah dituliskan diatas bahwa ada dua kemungkinan akibat yang terjadi karena didikan Tuhan ini; Pertama; kita akan tetap bertahan dalam kesukaran karena pimpinan Allah dan tunduk kepada Allah dan tetap setia kepada-Nya seperti Daniel yang dibuang ke gua singa dan tetap percaya kepada Tuhan; dan kemungkinan kedua; mungkin kita akan memandang ringan didikan Tuhan ini, memberontak kepada Tuhan karena penderitaan dan kesukaran, dan oleh karena kesukaran dan penderitaan ini, kita kecewa, kita bisa berkata bahwa Tuhan jahat, kita bisa meninggalkan Tuhan bahkan murtad dari Allah. Hal ini jangan sampai terjadi dalam kehidupan kita. Tapi biarlah di dalam segala bentuk kesengsaraan, kita harus lebih sungguh-sungguh mencari Allah lewat doa, puji-pujian, dan firman-Nya yang menguatkan kita. Kita juga harus meninggalkan segala sesuatu yang bertentangan dengan kekudusan-Nya, karena Tuhan berfirman: “Kejarlah kekudusan, sebab tanpa kekudusan tidak seorang pun akan melihat Tuhan.” Menjadi kudus berarti terpisah dari dosa dan dikhususkan bagi Allah, hidup dekat dengan Allah, mencari kehadiran-Nya, kebenaran dan persekutuan-Nya dengan sepenuh hati. Kekudusan merupakan prioritas utama Allah bagi para pengikut-Nya. Kekudusan merupakan maksud Allah bagi umat-Nya ketika Ia datang ke bumi ini. Kekudusan merupakan maksud Allah bagi umat-Nya ketika Kristus harus menyerahkan diri-Nya disalib untuk kita. Kekudusan merupakan maksud Allah ketika menjadikan kita ciptaan baru dan memberikan Roh Kudus kepada kita. Tanpa kekudusan tak seorang pun dapat berguna bagi Allah. Tanpa kekudusan tak mungkin kita dekat atau bersekutu dengan Allah. Tanpa kekudusan tidak seorang pun akan melihat Allah.

      Ya, mungkin saat ini kita diperhadapkan dengan pencobaan yang sangat
berat, kesedihan,kesehatan bermasalah, kondisi keuangan tipis dan tidak punya pekerjaan, atau bekerja tapi gaji yang sangat minim dan tidak mencukupi kebutuhan keluarga, di caci maki, difitnah, dibenci, ditekan tanpa kita tahu kesalahan kita, diperlakukan tidak adil oleh orang lain, ditipu dan sebagainya…Ingat! Tuhan ada bersama kita! Dia tidak meninggalkan dan membiarkan kita menanggung penderitaan itu seorang diri.. Dia sangat mengasihi kita.  Dia hanya INGIN, lewat kesulitan dan penderitaan, kita mau datang dan sungguh-sungguh mencari Dia. Dia tidak menginginkan kita tersesat dan akhirnya binasa. Oleh karenanya, saat ini jika ada yang mengalami kesulitan dan penderitaan dalam hidup, jangan berhenti mempercayai Tuhan, jangan meninggalkan Tuhan apalagi murtad! Tetap bertekun dalam iman percaya kita kepada-Nya. Disaat kita terus mempercayai-Nya, Dia akan memberikan kita kekuatan untuk menanggung segala kesulitan dan penderitaan yang terjadi dalam hidup kita.  Amin!!!   


Tidak ada komentar:

Posting Komentar