Minggu, 17 Agustus 2014

Orang yang Disertai TUHAN



    Keluarga adalah tempat pertama seseorang belajar untuk menjalani hidup setiap hari, dan keluarga seharusnya menjadi tempat di mana anggota keluarganya merasa nyaman. Namun, pada kenyataannya tidak demikian. Setiap orang memiliki latar belakang kehidupan keluarga yang berbeda. Ada yang dilahirkan dari keluarga yang baik, harmonis, saling mengasihi tapi ada juga yang dilahirkan dalam keluarga yang tidak harmonis dengan mengalami penolakan, diskriminasi, dibenci, dan dijauhi oleh keluarganya sendiri. Demikian yang dialami Yusuf anak bungsu dari 12 bersaudara yang seharusnya dikasihi, disayang, bermain dan menggembalakan kambing domba bersama; tetapi malahan dibenci, ditolak,  diancam untuk dibunuh, dimasukkan ke dalam sumur, dan dijual sebagai budak di tempat yang jauh dari keluarga dan orang tuanya. Tidak bisa dibayangkan bagaimana perasaan Yusuf pada waktu itu. Yang pasti Yusuf sangat menderita, sedih, ketakutan saat dibuang ke dalam sumur oleh kakak-kakaknya yang pada akhirnya diangkat kembali dari dalam sumur lalu dijual kepada seorang kafilah Ismael yang dari Gilead, yang dalam perjalanan membawa damar, balsam, dan damar ladan menuju ke Mesir.  Yusuf dibawa ke Mesir sekitar tahun 1900 SM. Sekitar 200 tahun setelah panggilan Abraham. Di Mesir ia dijual lagi oleh orang Ismael itu kepada Potifar, seorang pengawal raja di istana Firaun.  
Cerita yang memilukan… namun semua penderitaan Yusuf dilihat Tuhan. Tuhan tidak meninggalkan orang yang baik dan tidak bersalah terus menerus mengalami penindasan dan kesengsaraan. Tuhan menyertai Yusuf sehingga ia menjadi seorang yang selalu berhasil dalam pekerjaannya. Dan karena Tuhan menyertai Yusuf, tuannya (Potifar) melihat ia selalu berhasil, ia juga begitu mengasihi Yusuf. Kepada Yusuf diberikan kuasa atas rumah dan segala miliknya dan dengan bantuan Yusuf ia tidak lagi mengatur apapun, selain dari makanannya sendiri. Namun…selang beberapa waktu… cobaan itu datang lagi walaupun dalam bentuk yang lain.  Karena Yusuf seorang anak muda yang manis sikapnya dan elok parasnya, istri Potifar (istri tuannya)  memandangnya dengan birahi dan mengajaknya untuk tidur dengannya.  Itu dilakukannya bukan hanya sekali tapi dari hari ke hari, ia selalu membujuk Yusuf, namun Yusuf selalu menolak. Suatu hari…iblis yang berwujud perempuan itu datang lagi. Ia memegang baju Yusuf dan mengajaknya tidur bersamanya. Yusuf meninggalkan bajunya dalam tangan perempuan itu dan ia lari ke luar. Namun, karena sudah kehilangan akal sehat,  pikirannya gelap dan buta, ia sama sekali tidak  menyadari apalagi insyaf. Perbuatan jahatnya semakin menjadi-jadi. Setelah ia lihat Yusuf lari keluar meninggalkan dia, dia malah berteriak-teriak dengan suara yang keras dan memanggil seisi rumah dan bercerita bohong (memutarbalikkan fakta). Ia berkata bahwa orang Ibrani (Yusuf) yang dibawa ke rumahnya telah mempermain-mainkan mereka. Ia mengatakan bahwa Yusuf mendekati dia untuk tidur dengan dia dan ia berteriak-teriak sekeras-kerasnya, dan karena ia berteriak, Yusuf lari ke luar. Zaman sekarang juga banyak orang yang mirip seperti perempuan ini. Kehilangan akal sehat. Yang ada dalam pikirannya adalah kejahatan, kebusukan, fitnah dan menjelek-jelekkan orang lain. Berbohong dan memutarbalikkan fakta. Kebenaran disalahkan dan kesalahan dibenarkan. Kita jangan menjadi seperti perempuan  ini, tapi biarlah kita belajar dari Yusuf. Seorang muda yang takut Tuhan dan hidup dalam kemurnian dan kesucian. Ia takut melakukan perbuatan mesum, perbuatan jahat, dan perbuatan-perbuatan yang membuat dia berdosa. Ia lulus dalam ujian kemurnian pribadi. Ujian yang sering dialami anak muda yang jauh dari rumah.  Namun, karena kemurnian imannya itu, ia harus banyak mengalami hal pahit dalam hidupnya. Cerita bohong itu, diceritakan perempuan itu kembali saat suaminya (Potifar) pulang yang akhirnya membangkitkan amarah Potifar dan kemudian Potifar menangkap Yusuf dan memasukkannya ke dalam penjara. Sedih! Orang yang hanya mendengar atau membaca kisahnya saja pasti sedih, apalagi orang yang mengalaminya. Yusuf dihukum bukan karena ia melakukan kesalahan, tapi sebaliknya karena  ia tidak melakukan kesalahan. Tapi…sahabat! Kita tidak usah terlalu lama bersedih mendengar atau membaca kisah Yusuf ini, karena walaupun ia sudah dimasukkan ke dalam penjara, Tuhan tidak meninggalkan dia. Tuhan  selalu menyertai dia dan membuat apa yang dikerjakannya berhasil.

   Terjadi, seorang juru minuman raja dan juru roti
melakukan kesalahan dan dimasukkan ke dalam penjara. Suatu kali mereka bermimpi dan mereka bersedih karena tidak ada orang yang dapat menafsirkan mimpi mereka. Namun karena Yusuf disertai Tuhan, Tuhan membuat dia dapat menafsirkan mimpi mereka. Sesuai dengan mimpi yang ditafsirkan Yusuf, juru roti dihukum gantung dan juru minuman dikembalikan pada jabatannya semula. Sebenarnya Yusuf berharap bahwa juru minuman dapat membantu melepaskan dia dari penjara dengan cara menceritakan kepada Firaun bahwa ia yang menafsirkan mimpi dan terjadi sesuai dengan apa yang ditafsirkannya. Juru minuman dikembalikan pada jabatanya semula, tapi juru minuman ini tidak mengingat Yusuf sama sekali dan melupakan jasa Yusuf. Namun, setelah lewat dua tahun, raja Firaun bermimpi.  “Pertama: Ia melihat dari sungai Nil, keluar 7 ekor lembu yang gemuk lalu memakan rumput di tepi sungai itu. Lalu tampak juga 7 ekor lembu yang kurus berdiri di samping lembu-lembu yang gemuk lalu memakan lembu-lembu yang gemuk itu. Mimpi yang kedua: tampak timbul dalam 1 tangkai, 7 bulir gandum yang baik dan berisi. Tampak juga 7 bulir gandum yang kurus dan layu oleh angin timur. Bulir yang kurus itu menelan ketujuh bulir yang berisi”. Firaun terbangun dan gelisah karena mimpi tersebut. Kemudian juru minuman berkata kepada Firaun bahwa ada seorang anak muda Ibrani yang dapat menafsirkan mimpi yang dapat  terjadi sesuai dengan apa yang ia tafsirkan. Namanya adalah Yusuf. Firaun memanggil Yusuf yang berada dalam penjara dan disuruh menghadap Firaun. Yusuf berkata kepada Firaun bahwa kedua mimpinya tersebut artinya sama, yaitu bahwa : “Akan datang 7 tahun kelimpahan di seluruh tanah Mesir, dan kemudian 7 tahun kelaparan. Sampai 2 kali mimpi itu diulang, berarti Allah akan segera melakukannya. Yusuf mengusulkan untuk mengangkat penilik-penilik dan memungut 1/5 dari hasil tanah Mesir untuk disimpan sebagai persediaan pada 7 tahun masa kelaparan.  Usul itu dipandang baik oleh Firaun dan seluruh pegawainya dan karena Firaun merasa bahwa tidak ada orang seperti Yusuf, maka Firaun mengangkat Yusuf menjadi penguasa di seluruh negeri Mesir.


   Sahabat! Dari cerita tentang Yusuf ini, kita dapat belajar banyak hal mengenai kehidupan. Yusuf banyak mengalami hal yang pahit yang diakibatkan oleh orang-orang terdekatnya, saudara-saudaranya (orang-orang yang seharusnya melindunginya), juga oleh orang-orang di sekitar dia yaitu atasannya sendiri (istri Potifar dan Potifar), dan kenalannya dalam penjara yaitu juru minuman raja. Namun seperti yang telah saya sebutkan tadi bahwa, dalam kekecewaan, dalam penderitaan, dalam kesedihan, dalam suasana yang sangat pahit itu, Tuhan tidak meninggalkan Yusuf. Tuhan selalu menyertai Yusuf. Tuhan membuat Yusuf berhasil dalam pekerjaannya.   Tuhan membuat Yusuf menjadi penguasa di tanah Mesir.  Singkat cerita, di masa 7 tahun kelaparanlah yang mempertemukan Yusuf kepada orang tua dan saudara-saudaranya. Oleh karena Yusuf, Firaun memperbolehkan orangtua dan saudara-saudaranya tinggal di Mesir dan menempati tanah Gosyen. Tuhan pasti dan akan memberikan hal yang indah di balik kesusahan dan penderitaan. Tapi tergantung waktu Tuhan. Terkadang manusia tidak sabar mengalami kesusahan dan penderitaan, yang akhirnya membuatnya mengambil jalan pintas yang tidak sesuai dengan cara Tuhan. Sebenarnya dalam penderitaan dan kesusahan, Tuhan sedang merancang suatu hal yang indah, namun manusia terkadang tidak mengerti dan tidak memahami. Yusuf harus mendekam dalam penjara selama kurang lebih 2 tahun untuk kesalahan yang tidak ia lakukan. Suatu hal yang sangat tidak adil. Namun, Tuhan menyertai Yusuf setiap saat, Tuhan bisa saja mengeluarkan Yusuf hanya dalam waktu 1 minggu saja dari dalam penjara karena ia tidak bersalah, tapi Tuhan mengizinkannya 2 tahun. Waktu yang tidak singkat. Lama, bahkan sangat lama. Apakah Tuhan juga tidak adil? Tidak demikian sahabat! Tuhan adil, Tuhan sedang mengisi hari-hari Yusuf. Tuhan sedang membentuk  Yusuf untuk  menjadi seorang pribadi yang lebih indah lagi dalam pandangan-Nya.  Seorang pribadi yang kuat, lebih sabar dan lebih rendah hati. Tuhan sedang mempersiapkan dia menjadi seorang pemimpin yang luar biasa dan sangat mengasihi Tuhan. Tuhan mengangkat dia menjadi seorang penguasa di negeri asing, negeri yang dahulunya dia dijual sebagai budak. Ini bukan hal yang mudah, tapi karena Tuhan, semua itu bisa terjadi.    

   Sahabat! Mari sejenak kita renungkan…. Dalam posisi seperti apakah kita sekarang? Seperti Yusuf? Seperti istri Potifar? Atau seperti juru minuman raja yang melupakan jasa-jasa Yusuf? Jika kita berada dalam posisi seperti istri Potifar…hidup dalam kegelapan, percabulan, perzinahan, bohong, fitnah, dan membuat orang lain menderita…cepat bertobat sebelum Tuhan menghukum kita! Atau, kita berada dalam posisi seperti Yusuf? Ingat bahwa Tuhan menyertai kita! Tuhan tidak meninggalkan kita! Tuhan memperhatikan kita! Tuhan tidak membiarkan kita sendirian! Ia ada di dekat kita! Ia peduli dengan kita! Ia sedang merancang hal indah dalam kehidupan kita! Ia sangat mengasihi dan menyayangi kita! Ia sedang membentuk kita menjadi pribadi yang indah dalam pandangan-Nya!  Tetaplah kuat dalam menghadapi kesusahan, kesulitan dan penderitaan yang Tuhan izinkan terjadi! “Bersukacitalah dalam pengharapan, sabarlah dalam kesesakan, dan bertekunlah dalam doa!” (Roma 12:12).

   Sebuah lagu yang indah, demikian kira-kira syairnya:

Banyak perkara yang tak dapat ku mengerti,

mengapakah harus terjadi,

di dalam kehidupan ini.

Satu perkara yang ku simpan dalam hati,

tiada sesuatu yang terjadi,

tanpa Allah peduli.

   Allah mengerti, Allah peduli

   Segala persoalan yang kita hadapi.

   Tak akan pernah dibiarkan-Nya

   ku berjalan sendiri,

   sebab Allah peduli (mengerti).



IMMANUEL, Allah beserta  kita! Amin!!!

      

























































Tidak ada komentar:

Posting Komentar