"Berbahagialah orang yang berdukacita, karena mereka akan dihibur." (Matius 5:4)
Setiap
manusia mempunyai masalah yang berbeda-beda. Masalah-masalah itu bisa
diakibatkan karena dosa, kesalahan sendiri, juga iblis. Ada masalah
yang Tuhan izinkan terjadi dalam hidup manusia walaupun manusia itu
tidak melakukan kesalahan dihadapan Tuhan. Contoh yang sangat jelas
dalam Alkitab adalah Ayub. Ayub tidak melakukan kesalahan dihadapan
Tuhan, tapi ia mengalami cobaan yang sangat berat. Anak-anaknya lelaki
dan perempuan meninggal dunia, semua ternak, lembu, sapi, kambing domba
semua hilang. Bukan hanya itu, Tuhan mengizinkan Ayub dicobai iblis.
Iblis menimpakan barah yang busuk dari telapak kaki sampai kepalanya,
namun Ayub tetap tidak berbuat dosa dan menyalahkan Tuhan walaupun
istrinya menyuruh dia mengutuki Tuhan. Namun karena kesetiaannya kepada
Tuhan semua yang hilang dikembalikan oleh Tuhan 2x lipat, ia mendapat
anak-anak yang cantik-cantik, dan ia juga disembuhkan dari penyakitnya.
Dukacita Ayub berganti sukacita.
Cerita ini mungkin memiliki kesamaan dalam hidup saudara. Bersyukur
karena saudara adalah orang yang sungguh-sungguh mengasihi Tuhan...tapi
bagaimana jika cobaan yang dialami adalah akibat dari dosa dan
kesalahan kita?
Firman Tuhan ini berbicara tentang dukacita. "Blessed are those who mourn". Dukacita
yang dimaksud dalam ayat ini adalah merasa sedih atas kelemahan kita
sendiri karena tidak mampu memenuhi standar Allah. Ini juga berarti
berdukacita karena hal-hal yang menyedihkan hati Allah, berdukacita
karena dosa, kebejatan dan kekejaman dalam dunia. Rasul Paulus
dalam pelayanannya banyak mencucurkan airmata dan banyak mengalami
pencobaan dari orang Yahudi yang ingin membunuhnya. Airmata Paulus bukan
tanda kelemahan. Paulus menangis berdukacita karena keterhilangan umat
manusia (menangis karena manusia yang terhilang), kejahatan, dosa,
pemutarbalikan Injil dan bahaya yang serius karena menolak Tuhan. Pada
waktu memasuki kota Yerusalem, Yesus juga pernah menangisi kota
tersebut. Yesus menangisi kota Yerusalem karena mengetahui bahwa umat
Yerusalem dan pemimpin-pemimpinnya mengharapkan seorang Mesias yang
bergerak dalam bidang politik dan mereka akhirnya menolak Yesus sebagai
Mesias yang dijanjikan Allah. Yesus menangis karena Ia begitu mengasihi
umat itu dan mereka akan mengalami hukuman yang dashyat. Kata "menangis"
dalam bahasa Yunani tidak hanya meneteskan airmata. Kata "menangis" di
sini menunjukkan terjadinya ratapan, raung, tangisan, rasa sesak
didada__isak dan tangisan jiwa yang menderita. Sebagai Allah, Yesus
menampakkan bukan hanya perasaan-Nya sendiri, tetapi juga hancurnya hati
Allah atas keterhilangan umat manusia dan penolakan mereka untuk
bertobat dan menerima keselamatan.
Bagaimana perasaan kita saat melihat atau melakukan dosa, kesalahan dan
kebejatan? Adakah perasaan berduka karena dosa dan kesalahan yang kita
buat dan kita lihat? Seorang penulis menuliskan: "Jika kita tidak merasa bersalah jika melakukan dosa atau kesalahan, berarti hati nurani kita sudah rusak". Tuhan
melihat hati kita. Tuhan melihat hati kita yang hancur dan sedih karena
dosa dan kesalahan yang kita buat dan kita lihat. Tuhan melihat hati
yang penuh penyesalan akan dosa. Tuhan mau dalam kesedihan kita, kita
datang kepada Tuhan dan bertobat dari dosa-dosa yang kita buat. Tuhan
mau dengan hati yang sangat sedih kita datang kepada Tuhan dalam
permohonan untuk pertobatan mereka yang terhilang.Tuhan akan menghibur
kita dan kebenaran akan dinyatakan. Jika ada perasaan berduka dalam diri
kita, ingat bahwa dukacita kita akan berganti sukacita, karena
kebenaran, damai dan sukacita dari Allah akan dinyatakan. Walaupun ada
yang menolak kebenaran tapi dukacita kita tidak akan sia-sia. Allah
pasti menghibur orang yang berduka. Kita akan dihibur oleh kebenaran
Allah. Mari, miliki hati yang berduka karena dosa-dosa kita dan
jiwa-jiwa yang terhilang!