Dosa itu menarik hati. Dosa
dapat mendatangkan kesenangan untuk sementara (Ams.7:12-27). Kesenangan dari
dosa memikat banyak orang yang mencari-cari kesenangan, kenikmatan, hiburan
kemasyuran, kekayaan dan kenyamanan. Manusia berpikir bahwa jika mereka
mendapatkan hal-hal tersebut, mereka akan bahagia dan bersukacita.
Kesenangan-kesenangan dunia
itu menarik hati karena menawarkan kelepasan dari keadaan-keadaan yang
membosankan dan muram, dan setan selalu siap untuk menawarkan kepalsuan kepada
orang-orang yang tidak bahagia. Namun ingat, bahwa kesenangan yang berasal dari setan sifatnya hanya sementara dan selalu mengalami titik akhir yang
mengecewakan.
Sukacita yang dibuat manusia
sangat berbeda. Sukacita seperti itu hanya ada di luar saja dan bergantung
kepada keadaan-keadaan yang selalu berlangsung sesuai kehendaknya. Sebaliknya
sukacita ilahi itu ada di dalam.
Sukacita ilahi menopang kita sekalipun ketika segala yang kita lakukan, tidak
menghasilkan apa-apa dan mengecewakan (Hab. 3:17-18).
Sukacita datang dari Kristus yang berdiam di
dalam kita sebagai sebuah mata air kehidupan. Ia adalah Sumber Air Hidup.
Sukacita menetap di dalam kita ketika kita menjadikan Kristus sebagai sumber air kehidupan kita. Sebaliknya
jika kita mendua hati atau minum air dari sumber-sumber
yang lain, kita tidak akan mengalami sukacita ilahi. Ketika umat Allah
minum dari sumber-sumber air yang lain di dalam dunia ini, ini menggambarkan
bahwa Yesus tidak memuaskan. Ungkapan “Yesus memuaskanku” hanyalah ungkapan
yang keluar dari bibir saja, tetapi sesungguhnya hal itu bukan sesuatu yang
benar-benar dirasakan di hati. Pelayanan tidak bisa memuaskan hati kita.
Demikian juga dengan sukses dan popularitas. Salomo memiliki segala hal ini:
hikmat dan pengertian yang amat besar, serta akal yang luas seperti dataran pasir
di tepi laut, ia lebih bijaksana dari antara orang dan bangsa lain
disekelilingnya. Ia bersajak tentang pohon-pohonan, hewan, burung-burung,
binatang melata dan ikan-ikan. Orang-orang dari segala bangsa datang mendengar
hikmatnya, dan ia menerima upeti dari semua raja-raja di bumi, yang telah
mendengar hikmatnya itu (1 Raj. 4:29-34). Tetapi tulisannya dalam kitab
Pengkhotbah mencatat bahwa walaupun ia
berbahagia dengan semua yang telah dilakukannya, semua itu adalah kesia-siaan
dan usaha menjaring angin (Pkh. 2:1-11). Salomo telah kehilangan hadirat Allah
karena ia mengabaikan hubungannya dengan Allah ( 1 Raj. 11: 6). Hatinya
terbagi-bagi dengan kasih akan hal-hal yang lain: bukit-bukit
pengorbanan/berhala (1 Raj. 3:3) dan perempuan-perempuan asing yang menjadi
istrinya (1 Raj.11:11).
Kasih manusia tidak memuaskan. Wanita Samaria yang
berada di tepi sumur telah menikah sebanyak lima kali, dan pria yang hidup bersamanya
pada saat itu bukan suaminya ( Yoh 4:14). Kristus menawarkan sebuah sumber air
yang lain dengan berkata, “…Barangsiapa minum air yang akan Kuberikan
kepadanya, ia tidak akan haus untuk selama-lamanya. Sebaliknya air yang akan
Kuberikan kepadanya, akan menjadi mata air di
dalam dirinya, yang terus menerus memancar sampai hidup yang kekal” (Yoh 4:14).
Ajaran Firman Allah mengenai
sukacita adalah sebagai berikut:
- Sukacita berhubungan dengan keselamatan yang disediakan Allah di dalam Kristus (1 Ptr 1:3-6; Mzm 5:12; 9:3; Yes 35:10) dan Firman Allah (Yer 15:16; Mzm 119:14).
- Sukacita mengalir dari Allah sebagai suatu aspek dari buah Roh (Mzm 16:11; Rm 15:13; Gal 5:22). Sukacita tidak datang dengan sendirinya, tetapi hanya dialami bila kita memelihara hubungan yang tetap dengan Kristus (Yoh 15:1-11). Sukacita menjadi lebih besar bila Roh Kudus membawa kesadaran yang mendalam akan kehadiran dan kedekatan Allah di dalam kehidupan kita (Yoh 14:15-21). Yesus mengajar bahwa sukacita kita penuh jika kita mengasihi orang lain, menaati perintah-perintah-Nya (Yoh 15:7, 10-11) dan dipisahkan dari dunia (Yoh 17:13-17).
- Sukacita tidak dapat dimusnahkan oleh rasa sakit, penderitaan, kelemahan, atau keadaan yang sulit (Mat 5:12; Kis 16:23-25; 2 Kor 12:9).
Tidak ada komentar:
Posting Komentar