“Dan inilah doaku, semoga
kasihmu makin melimpah dalam pengetahuan yang benar dan dalam segala macam
pengertian, sehingga kamu dapat memilih apa yang baik, supaya kamu suci dan tak
bercacat menjelang hari Kristus, penuh dengan buah kebenaran yang dikerjakan
oleh Yesus Kristus untuk memuliakan dan memuji Allah.” (Filipi 1:9-11)
Ditemui adanya
pemalsuan-pemalsuan bagi setiap buah Roh yang asli. Ada kasih palsu, damai sejahtera yang palsu,
dan kelemahlembutan yang palsu. Setan dapat memberikan damai sejahtera, tetapi
damai sejahtera yang berdasarkan kesombongan dan anggapan yang berlebihan. Doa Paulus bagi gereja universal adalah agar
kasih gereja bertumbuh dalam pengetahuan yang benar dan dalam segala macam
pengertian sehingga dapat membedakan serta memilih apa yang terutama dan terbaik.
Kesalahan terjadi bila kebenaran diberi penekanan secara berlebih-lebihan dan
terlalu ekstrim. Kalau suatu kebenaran terlalu ditekankan, itu akan menjadi
kesalahan. Khususnya ini berlaku dalam pesan tentang kasih. Kasih Allah tidak
dapat diukur, kasih itu melebihi segala pengetahuan (Ef. 3:19). Namun, bila
pesan tentang kasih ditekankan secara berlebihan, pesan itu akan membenarkan
bahwa seorang Allah yang kasih-Nya tidak terhingga tidak akan pernah membiarkan
seorang pun menderita hukuman api kekal. Ini adalah kasih yang
manusiawi/humanistic.
Humanisme itu adalah simpati yang
menyampingkan penghakiman Allah. Kasih yang manusiawi menentang fakta tentang
manusia akan dihakimi jika ia tidak mau bertobat, suatu mentalitas yang percaya
bahwa tidak ada konsekuensi dari dosa. Kasih yang sejati menomorsatukan Allah
lebih dari keluarga dan teman-teman (Mat. 10:37). “Barangsiapa mengasihi bapa
atau ibunya lebih daripada-Ku, ia tidak layak bagi-Ku; dan barangsiapa
mengasihi anaknya laki-laki atau perempuan lebih daripada-Ku, ia tidak layak
bagi-Ku.” Ishak dan Ribka memiliki dua putra. Ishak mengasihi Esau, tetapi
Ribka mengasihi Yakub (Kej.25:28). Mereka memiliki kesayangan masing-masing.
Ini adalah kasih manusiawi, pilih kasih.
Nabi Samuel, di masa tuanya
dinasehati agar “berhenti berdukacita dan meratapi Saul” (1 Sam 16:1). Samuel
pada saat itu sedang meratapi dan menangisi sesuatu yang tidak ditangisi dan
diratapi oleh Allah. Samuel pada waktu itu sedang tidak “senada” dengan Roh
Allah dalam hal emosi-emosinya terhadap raja Saul. Pastikan bahwa perasaan-perasaan kita tentang
orang-orang lain adalah perasaan-perasaan Allah; kalau tidak, kita akan membuat
orang lain terikat.
“Waspada
terhadap mereka, yang bertentangan dengan pengajaran yang telah kamu
terima,….hindarilah mereka!” (Rm.16:17). Rasul Paulus sedang membicarakan
tentang para perusuh yang harus dihindari di dalam gereja. “Sewajarnyakah engkau menolong orang fasik dan bersahabat dengan mereka
yang membenci Tuhan?” (2 Taw. 19:2). Ini adalah tegoran Tuhan atas raja
Yosafat karena ia bergabung dengan seorang Israel yang bernama Ahab dan
menolong musuh Allah. Orang percaya hendaknya jangan bersekutu dengan
orang-orang tidak percaya jikalau di dalam hubungan itu kepentingan
ketidakbenaran dimajukan, komitmen kepada Allah dibahayakan atau kebenaran
Firman Allah dicemarkan. Kita memiliki kasih sejati bila:
·
Kasih kita telah
bertumbuh dalam pengetahuan yang benar dan berbagai macam pengertian.
· Mengasihi
orang-orang seperti cara Tuhan mengasihi mereka.
· Memahami bahwa
teguran-teguran dan hukuman-hukuman itu sesungguhnya mengobati, bukannya kejam.
· Tidak sembarangan
mengasihi semua orang, melainkan menggunakan hikmat dalam cara kita mengasihi.
· Rela menghadapi
resiko ditolak karena memberitakan kebenaran kepada orang lain.
· Mengasihi Allah
lebih daripada keluarga dan teman-teman.
· Mau melakukan
sesuatu hal yang terbaik bagi orang lain.
· Saling menasehati
(Rm 15:14; Ams 13:24).
· Rela memutuskan
persahabatan kita dengan orang-orang percaya yang tidak mau bertobat (2 Tes 3:14-15).
· Hanya meratapi apa
yang Allah ratapi; jika tidak itu berarti kita dikuasai oleh jiwa, bukan roh.
· Memberikan nyawa
bagi saudara-saudara, kasih dalam level yang sangat tinggi. Yesus melakukan hal
ini. Ia sangat mengasihi kita dan rela mati bagi kita supaya kita mendapat hidup kekal. (Yoh
15:13).
· Tidak egois.
Kesimpulan dari penjelasan Paulus tentang kasih di dalam 1 Kor 13:4-7 adalah
tidak egois.
Ada saatnya ketika Allah mengadakan suatu pemisahan dan
setiap orang harus memilih antara berjalan dengan orang-orang saleh atau
orang-orang yang tidak saleh di dalam gereja. Israel, pada suatu waktu terbagi
dua kelompok, dan setiap orang harus memilih antara kelompok Saul atau kelompok
Daud.
Tidak ada komentar:
Posting Komentar