Pada tahun 1960, di tengah padang pasir Libia, serombongan penyelidik
minyak menemukan reruntuhan pesawat pembom dari Perang Dunia Kedua yaitu B-24
yang bernama Lady Be Good. 17 tahun sebelumnya pesawat itu berangkat
meninggalkan pangkalannya di dekat Benghazi,
Libia untuk melaksanakan tugas peperangan di Napoli,
Italia. Pada waktu kembali dari tugas , pesawat itu mengadakan hubungan radio
dengan pangkalan untuk menentukan arah pesawat. Namun sejak itu tidak ada
beritanya lagi. Orang mengira bahwa pesawat itu telah kehabisan bahan bakar dan
jatuh di di Laut Tengah.
Dari pemeriksaan setelah pesawat itu ditemukan dapat diketahui mengapa kecelakaan itu terjadi. Karena cuaca buruk, penerbang naik lebih tinggi di atas awan-awan, sehingga ia dapat memastikan kedudukan mereka dengan jalan melihat kedudukan bintang-bintang. Perhitungannya menunjukkan bahwa mereka telah terbang beberapa mil terlalu jauh dari tempat yang dituju. Alat pencari arah menunjukkan bahwa mereka telah terbang melewati pangkalan tapi mereka telah terbang terus. Namun, mereka begitu yakin bahwa pangkalan masih jauh, sehingga mereka merasa sudah benar dan tidak menghiraukan tanda-tanda yang bertentangan.
Dari pemeriksaan setelah pesawat itu ditemukan dapat diketahui mengapa kecelakaan itu terjadi. Karena cuaca buruk, penerbang naik lebih tinggi di atas awan-awan, sehingga ia dapat memastikan kedudukan mereka dengan jalan melihat kedudukan bintang-bintang. Perhitungannya menunjukkan bahwa mereka telah terbang beberapa mil terlalu jauh dari tempat yang dituju. Alat pencari arah menunjukkan bahwa mereka telah terbang melewati pangkalan tapi mereka telah terbang terus. Namun, mereka begitu yakin bahwa pangkalan masih jauh, sehingga mereka merasa sudah benar dan tidak menghiraukan tanda-tanda yang bertentangan.
Akhirnya setelah mereka menyadari hal itu, mereka melakukan
terjun payung ke bumi. Tapi sangat disayangkan karena mereka semua tewas di
tengah gurun pasir dalam usahanya yang gagah berani untuk mencapai pantai.
Menyedihkan dan mungkin kita berpikir bahwa jalannya sudah demikian. Mereka
harus meninggal dunia dengan cara seperti itu. Kita juga mungkin berpikir bahwa
ada benarnya. Namun, dari peristiwa ini kita dapat belajar bahwa sepintar
apapun manusia pasti akan melakukan kesalahan. Manusia berpikir lain, tapi
Tuhan juga berkehendak lain. Alkitab mengatakan bahwa, “ Ada jalan yang disangka orang lurus, tapi
ujungnya menuju maut, (Amsal 14:12). Hikmat manusia adalah landasan yang lemah
untuk menentukan benar atau salah. Menerbangkan sebuah pesawat benar-benar
didasarkan atas prinsip bahwa penerbang harus mempunyai standar petunjuk yang
tepat di luar dirinya sendiri dan ia mempunyai kepercayaan sepenuhnya terhadap
standar itu. Namun lebih daripada itu, manusia harus membutuhkan satu petunjuk
yang jauh lebih tepat dan benar. Sepintar apapun, secanggih apapun teknologi
yang diciptakan dan digunakan, manusia harus membutuhkan satu kuasa yang lebih
dari itu.
Pernyataan tertulis Allah (Alkitab), adalah
satu-satunya sumber tanpa salah untuk menentukan jalan hidup yang benar. Jalan
manusia mengandung benih-benih kematian; tapi jalan Allah menuntun kepada hidup
yang kekal. Ya, semoga saja korban-korban yang telah meninggal itu, hanya
mengalami kematian secara jasmani saja walaupun harus meninggal dengan cara
yang tragis. Semoga saja mereka adalah orang-orang yang percaya kepada Tuhan
Yesus, sehingga mereka juga mengalami kehidupan kekal di Sorga. Ingat! Sepintar apapun kita, secanggih apapun
teknologi yang kita ciptakan dan gunakan, ada Pribadi yang jauh lebih melampaui
segala akal dan pikiran kita. Dialah TUHAN Pencipta langit, bumi, dan segala
isinya termasuk kita, manusia. Oleh karenanya layaklah kita untuk menyembah
Dia, menyanjung Dia, meninggikan Dia dan menyerahkan seluruh kehidupan kita kepada-Nya…Jangan
tergoda untuk mengandalkan pikiran dan kekuatan kita sendiri karena pikiran dan
kekuatan manusia terbatas.
Tuhan Yesus Memberkati, Amin!
Tidak ada komentar:
Posting Komentar