Jumat, 09 Desember 2016

Taurat TUHAN Lebih Berharga dari Apapun



Mazmur 119:57-64

57 Bagianku ialah TUHAN, aku telah berjanji untuk berpegang pada firman-Mu.

58 Aku memohon belas kasihan-Mu dengan segenap hati, kasihanilah aku sesuai dengan janji-Mu.

59 Aku memikirkan jalan-jalan hidupku, dan melangkahkan kakiku menuju peringatan-peringatan-Mu.

60 Aku bersegera dan tidak berlambat-lambat untuk berpegang pada perintah-perintah-Mu.

61 Tali-tali orang fasik membelit aku, tetapi Taurat-Mu tidak kulupakan.

62 Tengah malam aku bangun untuk bersyukur kepada-Mu atas hukum-hukum-Mu yang adil.

63 Aku bersekutu dengan semua orang yang takut kepada-Mu, dan dengan orang-orang yang berpegang pada titah-titah-Mu.

64 Bumi penuh dengan kasih setia-Mu, ya TUHAN, ajarkanlah ketetapan-ketetapan-Mu kepadaku.


     Bagi saudara-saudara yang bekerja, dimanapun dan dalam bidang apapun, biasanya ada saat dimana saudara diundang untuk bertemu dan menerima arahan dari atasan saudara mengenai hal yang harus dilakukan dan tidak dilakukan yang berhubungan dengan pekerjaan saudara. Pengarahan yang baik sangat penting karena kalau tidak ada arahan seperti ini karyawan akan bekerja tanpa arah dan petunjuk. Ini akan menimbulkan kekacauan dan tempat dimana saudara bekerja pun kemungkinan tidak akan mengalami kemajuan bahkan sebaliknya kemunduran, kecuali jika arahan yang disampaikan justru sebaliknya suatu arahan yang bertentangan dengan hukum dan mengarah ke hal-hal yang tidak baik, itu yang harus dijauhi!
Taurat TUHAN (bhs. Ibrani, Torah) adalah  merupakan SELURUH PENGARAHAN ALLAH kepada umat-Nya. Ada banyak sekali arahan-arahan Allah kepada kita umat-Nya yang tentunya ini sangat PENTING dalam kehidupan kita. Allah sangat mengasihi semua manusia sehingga dengan kebaikan-Nya dan kesabaran-Nya, Ia selalu memberikan nasehat-nasehat, pengarahan-pengarahan kepada umat-Nya dengan maksud supaya umat yang sangat Dia kasihi itu tidak tersesat di jalan yang membahayakan diri mereka. Tujuan Allah memberikan arahan-arahan itu bukan untuk kepentingan Allah, tapi untuk kepentingan umat manusia itu sendiri. Tapi, apakah manusia yang sangat dikasihi Allah itu menyadari betapa pentingnya pengarahan Allah itu, betapa pentingnya Taurat TUHAN itu? Hal yang sangat menyedihkan hati-Nya adalah di saat Ia melihat anak-anak-Nya, umat-Nya yang sangat Dia kasihi justru tidak menghiraukan Dia. Umat yang Dia kasihi pergi meninggalkan Dia. Umat yang sangat Dia kasihi tidak melakukan apa yang Dia inginkan. Umat yang sangat Dia kasihi acuh tak acuh dengan Dia. Umat yang sangat Dia kasihi menutup telinga terhadap arahan-arahan-Nya, Ia begitu sedih! TUHAN sedih……!
Ada hal indah dan menarik yang harus kita pelajari dalam ayat firman Tuhan yang tertulis di atas; pemazmur, seorang yang sungguh-sungguh mengasihi Tuhan. Dengan tidak ragu-ragu dia katakan: “Bagianku ialah TUHAN, aku telah berjanji untuk berpegang pada firman-Mu.” Dari kalimat ini kita bisa melihat, betapa dekatnya dia dengan Tuhan, dan komitmennya yang tinggi untuk berpegang pada firman Tuhan. Dilanjutkan dengan kalimat berikutnya:
 “Aku memohon belas kasihan-Mu dengan segenap hati,
“Aku memikirkan jalan-jalan hidupku, dan melangkahkan kakiku menuju peringatan-peringatan-Mu..”
“Aku bersegera dan tidak berlambat-lambat untuk berpegang pada perintah-perintah-Mu.”
Dia menyadari bahwa betapa ia sangat membutuhkan belas kasihan TUHAN, dan ia MEMOHON DENGAN SEGENAP HATI agar TUHAN berbelas kasihan terhadap dirinya. Pemazmur hidup bukan sekedar hidup, tapi ia sungguh-sungguh memikirkan kehidupannya. Apa yang harus dia lakukan, apa yang harus ia buat. Ia tidak hanya berpikir saja tanpa melakukan apa-apa, tapi berpikir dan diikuti dengan tindakan yang nyata dan tidak berlambat-lambat. Ia melangkahkan kakinya menuju peringatan-peringatan TUHAN dan berpegang pada perintah-perintah TUHAN dengan SEGERA dan TIDAK BERLAMBAT-LAMBAT.
Dalam kehidupan nyata, pemazmur tidak luput dari berbagai macam hal yang menyesakkan dia. Dia tahu persis bahwa disekitar dia ada orang-orang jahat yang ingin menjerat dia. Dia katakan: “Tali-tali orang fasik membelit aku, tetapi Taurat-Mu tidak kulupakan.” Dalam kondisi dan keadaan yang tersesak, dia tidak melupakan TUHAN. Tengah malam ia bangun untuk bersyukur kepada TUHAN atas semua kebaikan TUHAN, atas hukum-hukum TUHAN yang adil. Ia bersekutu dengan orang yang takut akan TUHAN dan yang berpegang pada firman TUHAN. Ia tidak bersekutu dengan orang-orang yang membuatnya jauh dari TUHAN. Ungkapan kata yang selalu mengagungkan TUHAN, itu yang selalu ia ungkapkan. “Bumi penuh dengan kasih setia-Mu ya, TUHAN, ajarkanlah ketetapan-ketetapan-Mu kepadaku.”
 Ia tahu persis bahwa TUHAN sangat mengasihi bumi ini. TUHAN sangat mengasihi dunia ini, TUHAN sangat mengasihi semua manusia yang hidup di bumi ini, tapi permintaannya adalah supaya TUHAN mengajarkan ketetapan-ketetapan-Nya kepadanya. Ia  sungguh-sungguh merindukan TUHAN. Ia sungguh-sungguh menginginkan TUHAN. TUHAN adalah yang terpenting dalam kehidupannya. Kehidupannya berpusat disekitar ALLAH dan Firman-Nya.
Firman TUHAN ini menjadi pelajaran yang berharga dalam kehidupan kita semua, bahwa walaupun ada banyak hal yang kita rindukan dan inginkan dalam dunia ini, tapi Taurat TUHAN lebih berharga dari apapun. Firman TUHAN pada bagian lain, dalam Matius 24:35 menuliskan: “Langit dan bumi akan berlalu, tetapi perkataan-Ku tidak akan berlalu.” Dunia ini akan hancur, dunia ini akan lenyap, tapi FIRMAN TUHAN/TAURAT TUHAN tidak akan lenyap.
Kesempatan yang TUHAN berikan ini biarlah menyadarkan kita  untuk terus mengambil komitmen untuk mencintai TAURAT TUHAN, mencintai FIRMAN TUHAN, karena hanya melalui kecintaan kita kepada FIRMAN/ TAURAT TUHAN kita akan mengetahui apa yang TUHAN inginkan untuk kita lakukan.  Firman TUHAN dalam Mazmur 95:6-11, menuliskan demikian:
“Masuklah marilah kita sujud menyembah, berlutut dihadapan TUHAN yang menjadikan kita.
Sebab Dialah Allah kita, dan kitalah umat gembalaan-Nya dan kawanan domba tuntunan tangan-Nya.
Pada hari ini, sekiranya kamu mendengar suara-Nya! Janganlah keraskan hatimu seperti di Meriba, seperti pada hari di Masa di padang gurun, pada waktu nenek moyangmu mencobai Aku, menguji Aku, padahal mereka melihat perbuatan-Ku.
Empat puluh tahun aku jemu kepada angkatan itu, maka kata-Ku: “Mereka suatu bangsa yang sesat hati, dan mereka itu tidak mengenal jalan-Ku. Sebab itu aku bersumpah dalam murka-Ku: Mereka takkan masuk ke tempat perhentian-Ku.”
 Firman TUHAN sangat penting dalam hidup kita. Mengabaikan FIRMAN TUHAN atau TAURAT TUHAN berarti menyia-nyiakan hidup. Hidup kita ini sangat berarti karena hidup ini adalah kesempatan yang sangat penting untuk mencari TUHAN sungguh-sungguh. Kesempatan untuk hidup di dunia ini akan berlalu, karena itu selagi masih ada kesempatan untuk hidup, marilah mencari TUHAN, mencintai FIRMAN atau TAURAT TUHAN. Jangankan mengeraskan hati. Lembutkan hati untuk menerima FIRMAN, TAURAT TUHAN yang menyelamatkan.
Jika kita ingin mengenal Allah dan kasih-Nya, kita harus tinggal dalam Firman-Nya, mencari wajah dan kasih karunia-Nya dengan segenap hati, bergegas untuk mentaati Firman-Nya, bergaul dengan orang yang takut akan Dia, mencari kasih-Nya dan berdoa supaya dapat mengenal dan melakukan kehendak-Nya.

KITA TIDAK BISA TINGGAL DI DALAM KRISTUS TANPA TINGGAL DI DALAM FIRMAN-NYA.

Rabu, 05 Oktober 2016

Signs of the End of the Age



Matius 24:3-8

3 Ketika Yesus duduk di atas Bukit Zaitun, datanglah murid-murid-Nya kepada-Nya untuk bercakap-cakap sendirian dengan Dia. Kata mereka: “Katakanlah kepada kami, bilamanakah itu akan terjadi dan apakah tanda kedatangan-Mu dan tanda kesudahan dunia?

4 Jawab Yesus kepada mereka: “Waspadalah supaya jangan ada orang yang menyesatkan kamu!

5 Sebab banyak orang akan datang dengan memakai nama-Ku dan berkata: Akulah Mesias, dan mereka akan menyesatkan banyak orang.

6 Kamu akan mendengar deru perang atau kabar-kabar tentang perang. Namun berawas-awaslah jangan kamu gelisah; sebab semuanya itu harus terjadi, tetapi itu belum kesudahannya.

7 Sebab bangsa akan bangkit melawan bangsa, dan kerajaan melawan kerajaan. Akan ada kelaparan dan gempa bumi di berbagai tempat.

8 Akan tetapi semuanya itu barulah permulaan penderitaan menjelang zaman baru.



Nubuat Yesus ini adalah jawaban atas pertanyaan para murid-Nya, “Apakah tanda kedatangan-Mu dan tanda kesudahan dunia?” Tanda kesudahan dunia dalam ayat di atas adalah Yesus memberikan tanda-tanda yang akan menjadi ciri dari hari-hari terakhir; tanda-tanda itu akan makin hebat pada saat akhir zaman makin dekat.

1, Nabi palsu dan orang beragama yang berkompromi di dalam gereja yang kelihatan akan bertambah banyak dan menyesatkan banyak orang.

2. Makin meningkatnya peperangan, bencana kelaparan, dan gempa bumi akan merupakan permulaan penderitaan menjelang zaman baru.

3. Apabila akhir zaman makin dekat, penganiayaan terhadap umat Allah akan makin hebat, sehingga banyak orang akan meninggalkan Kristus.

4. Kekerasan, kejahatan dan pengabaian hukum-hukum Allah meningkat dengan cepat, dan kasih yang wajar serta kasih sayang kepada keluarga akan berkurang.

5. Sekalipun kesulitan makin hebat, Injil tetap diberitakan di seluruh dunia.

6. Orang yang selamat adalah mereka yang teguh iman selama kesukaran akhir zaman.

7. Orang beriman yang setia, yang menyaksikan peningkatan tanda-tanda ini, akan mengetahui bahwa hari kedatangan Tuhan bagi mereka sudah mendekat.

     Kata-kata Yesus dalam percakapan di Bukit Zaitun ini ditunjukkan kepada murid-murid-Nya dan kepada umat Tuhan yang setia hingga kesudahan zaman dan kedatangan-Nya di dunia. Orang percaya yang hidup selama kesengsaraan besar, Kristus mengatakan bahwa mereka tidak dapat menghitung atau bahkan menduga saat kedatangan-Nya untuk menjemput jemaat-Nya. Oleh karena itu mereka harus siap sedia setiap waktu sebab Ia akan kembali untuk membawa mereka ke sorga pada waktu mereka tidak menduga akan dijemput.

Ayat 5, “Sebab banyak orang akan datang dengan memakai nama-Ku dan berkata: Akulah Mesias, dan mereka akan menyesatkan banyak orang.” Tanda utama yang pertama  ini sangat penting. Menjelang akhir zaman, penipuan di bidang keagamaan  akan merajalela di muka bumi ini. Kristus sangat menginginkan para pengikut-Nya mengetahui penipuan rohani yang akan terjadi di seluruh dunia ini sesaat sebelum akhir zaman ini tiba.

     Menjelang kesudahan akhir zaman para nabi dan pengkhotbah palsu akan terdapat di mana-mana. Sebagian besar umat dan negara-negara Kristen akan murtad. Mereka yang sungguh-sungguh setia kepada kebenaran firman Allah dan kebenaran Alkitabiah merupakan minoritas.

     Mereka yang mengakui dirinya orang beriman akan menerima wahyu yang baru sekalipun itu bertentangan dengan firman Allah. Hal ini akan menimbulkan perlawanan terhadap kebenaran Alkitabiah dikalangan gereja-gereja. Mereka yang memberitakan Injil yang sesat mungkin sekali memperoleh kedudukan kepemimpinan strategis dalam organisasi gereja dan sekolah teologia, sehingga mereka berpeluang untuk menipu dan menyesatkan banyak orang di dalam gereja

     Di seluruh dunia berjuta-juta orang akan terlibat dalam ilmu gaib, ilmu nujum, sihir, spiritisme dan pemujaan Iblis. Pengaruh setan-setan dan roh-roh jahat akan semakin meningkat.

     Ciri khas akhir zaman ialah peningkatan yang luar biasa dari kemesuman, ketidaksenonohan, pemberontakan terhadap Allah dan penanggalan semua pengekangan moral. Perbuatan seksual yang tidak wajar, kedursilaan, perzinahan, pornografi, penggunaan obat-obat terlarang, music duniawi, dan hiburan yang memuaskan hawa nafsu akan merajalela. Pada waktu itu keadaan akan seperti pada zaman Nuh ketika kecenderungan hati manusia jahat semata-mata. Keadaan akan seperti di zaman Lot, ketika homoseksualitas, lesbianisme, dan bermacam-macam bentuk perbuatan seksual yang tidak wajar terdapat dalam masarakat. Yesus melanjutkan dengan menyatakan bahwa ketika itu kasih yang sejati akan sangat berkurang.

          Kesudahan zaman ini baru tiba setelah “Injil Kerajaan” diberitakan secukupnya di seluruh dunia. Yang dimaksud dengan “Injil Kerajaan” ini ialah Injil rasuli yang diberitakan dalam kuasa dan kebenaran Roh Kudus dan disertai tanda-tanda utama Injil itu. Hanya Allah yang mengetahui apabila tugas ini telah dilaksanakan sesuai dengan maksud-Nya. Tugas orang percaya ialah dengan setia dan terus menerus memberitakan Injil kepada “semua bangsa” hingga Tuhan kembali untuk membawa gereja-Nya ke sorga.

     Kristus berbicara kepada murid-Nya sekan-akan semua nubuat ini akan digenapi pada zaman mereka. Oleh karena itu, hal ini merupakan harapan gereja Perjanjian Baru. Hal yang sama ini hendaknya juga menjadi harapan dari semua orang yang percaya Yesus Kristus sepanjang zaman. Kita harus senantiasa mengharapkan kedatangan Tuhan kembali. Kita harus senantiasa hidup dalam suasana di antara dekatnya kedatangan Kristus dan kenyataan bahwa kita diperintahkan untuk tetap memberitakan Injil di seluruh dunia. Amin!

       

Kamis, 04 Agustus 2016

Mencapai Garis Akhir



1Di hadapan Allah dan Kristus Yesus yang akan menghakimi orang yang hidup dan yang mati, aku berpesan dengan sungguh-sungguh kepadamu demi penyataan-Nya dan demi Kerajaan-Nya:

2Beritakanlah firman, siap sedialah baik atau tidak baik waktunya, nyatakanlah apa yang salah, tegorlah dan nasihatilah dengan segala kesabaran dan pengajaran.

3Karena akan datang waktunya, orang tidak dapat lagi menerima ajaran sehat, tetapi mereka akan mengumpulkan guru-guru menurut kehendaknya untuk memuaskan keinginan telinganya.

4Mereka akan memalingkan telinganya dari kebenaran dan membukanya bagi dongeng.

5Tetapi kuasailah dirimu dalam segala hal, sabarlah menderita, lakukanlah pekerjaan pemberita Injil dan tunaikanlah tugas pelayananmu!

6Mengenai diriku, darahku sudah mulai dicurahkan sebagai persembahan dan saat kematianku sudah dekat.

7Aku telah mengakhiri pertandingan yang baik, aku telah mencapai garis akhir dan aku telah memelihara iman.

8Sekarang telah tersedia bagiku mahkota kebenaraan yang akan dikaruniakan kepadaku oleh Tuhan, Hakim yang adil, pada hari-Nya; tetapi bukan hanya kepadaku, melainkan juga kepada semua orang yang merindukan kedatangan-Nya. ( 2 Timotius 4:1-8)


     Ayat ini ditulis oleh Paulus kepada Timotius karena menyadari akan kemungkinan penganiayaan berat dari luar gereja dan adanya guru-guru palsu di dalam gereja. Paulus menasihatkan Timotius agar dia memelihara Injil, memberitakan Firman Allah, menanggung kesukaran dan melaksanakan tugas-tugasnya. Dalam ayat ini tertulis juga perkataan Paulus yang ia tuliskan sebelum pelaksanaan hukuman mati oleh kaisar Nero di Roma hampir 35 tahun setelah pertobatannya kepada Kristus di jalan Damsyik (ay. 6). Sebagai bapak rohani, ia sungguh mengasihi Timotius karena ia tahu Timotius adalah orang yang baik, tulus dan setia dan dapat dipercaya untuk terus melanjutkan tugas pelayanan. Ia mendorong Timotius untuk terus melaksanakan tugas pemberitaan Injil, menegor dan menasehati jemaat, karena akan ada masa di mana orang percaya tidak ingin lagi mendengar Injil yang asli, tetapi akan memalingkan muka/mencondongkan hati untuk lebih tertarik pada dongeng dan injil palsu. Mereka akan mengumpulkan guru-guru menurut kehendaknya untuk memuaskan keinginan telinga (ay.3). Mereka tidak akan mencari gembala menurut standar Firman Allah, tetapi mencari orang yang sesuai dengan keinginan duniawi mereka. Mereka akan memilih pengkhotbah yang pandai berpidato, mampu menghibur, dan berita yang akan meyakinkan mereka bahwa mereka dapat tetap menjadi Kristen sementara hidup menurut tabiat dosa.   

     Firman Allah yang tertulis harus menjadi pedoman tertinggi dalam kebenaran dan kelakuan kita. Kita harus memakai firman Allah yang diberikan oleh Roh Kudus sebagai pedoman untuk menilai kepercayaan dan kelakuan kita. Kecenderungan gereja untuk mendasarkan doktrin kelakuan, atau kebenaran baru pada pengalaman sendiri, mujizat, sukses, tujuan atau teori buatan manusia tanpa pembuktian alkitabiah yang kokoh, akan merupakan salah satu ciri utama Iblis untuk menipu dalam kemurtadan di hari-hari terakhir. Yesus mengingatkan semua orang percaya agar berjaga-jaga secara khusus terhadap orang yang mengaku dirinya sebagai nabi, guru dan pengkhotbah Kristen tetapi yang sebenarnya palsu, namun mereka mengadakan mujizat, penyembuhan dan tanda-tanda ajaib serta tampaknya sangat berhasil dalam pelayanan mereka. Pada saat yang bersamaan, nabi-nabi palsu ini akan memutarbalikkan dan menolak kebenaran dalam Firman Allah, (tentu saja tidak semua hamba-hamba Tuhan yang saat ini banyak melakukan mujizat adalah nabi palsu. Kita juga harus bisa membedakan!) Dalam injil Matius 7:22-23 tertulis: “Pada hari terakhir banyak orang akan berseru kepada-Ku: Tuhan, Tuhan, bukankah kami bernubuat demi nama-Mu, dan mengusir setan demi nama-Mu, dan mengadakan banyak mujizat demi nama-Mu juga? Pada waktu itulah Aku akan berterus terang kepada mereka dan berkata: Aku tidak pernah mengenal kamu. Enyahlah dari pada-Ku, kamu sekalian pembuat kejahatan!”

     Rasul Paulus telah menjadi teladan yang nyata kepada semua orang percaya karena imannya yang sungguh-sungguh murni dihadapan Tuhan. Ia telah berusaha di dalam peperangan iman, dalam terjemahan lama, “Aku telah berjuang dalam perjuangan yang baik.” Ketika meninjau kembali hidupnya bersama Allah, Paulus sadar bahwa ajalnya sudah dekat (ay.6). Ia melukiskan hidup kristennya sebagai berikut: Ia memandang hidup kristennya sebagai suatu peperangan. Ia berperang melawan Iblis, keburukan orang Yahudi dan kafir, Yudaisme, kebejatan dalam gereja, guru-guru palsu, pemutarbalikan Injil, keduniawian, dan dosa. Ia juga telah menyelesaikan pertandingannya di tengah pencobaan dan godaan dan tetap setia kepada Tuhan dan Juruselamatnya selama hidup. Paulus sudah memelihara iman pada masa-masa ujian yang berat, keputusasaan yang hebat dan banyak kesusahan, baik ketika diserang oleh guru palsu maupun ditinggalkan oleh sahabat. Paulus tidak pernah mengurangi Injil asli.

Karena Paulus tetap setia kepada Tuhannya dan Injil yang dipercayakan kepadanya, maka Roh Kudus bersaksi kepadanya bahwa persetujuan Allah dan “mahkota kebenaran” tersedia bagi dia di sorga.


     Semoga Firman Tuhan ini akan terus menjadi pedoman bagi kita semua untuk sungguh-sungguh memelihara iman yang murni di dalam Tuhan, dan berpegang teguh pada Injil asli, tidak terpengaruh atau percaya pada pengajaran palsu yang sekarang ini semakin berkembang. Paulus menjadi teladan yang indah bagi kita semua untuk menjalani hidup di dunia ini dengan usaha keras untuk berlari sampai garis finish, dan memenangkan pertandingan. Di sorga Allah telah menyiapkan pahala bagi semua orang yang setia pada kebenaran. Amin!

Selasa, 31 Mei 2016

Melihat Diri Sendiri seperti TUHAN Melihat




Berfirmanlah TUHAN kepadanya: “Tetapi Akulah yang menyertai engkau, sebab itu engkau akan memukul kalah orang Midian itu sampai habis.” (Hakim-hakim 6:16)


      Firman Tuhan dalam ayat ini menceritakan seorang yang bernama Gideon. Gideon, seorang muda berasal dari suku Manasye. Dia dipilih Tuhan untuk membebaskan bangsa Israel dari tangan orang Midian. Tuhan mengizinkan bangsa Israel dikuasai oleh bangsa Midian selama 7 tahun karena bangsa Israel berbuat jahat dimata Tuhan. Mereka sangat menderita karena perbuatan jahat orang Midian, mereka menjadi sangat melarat dan akhirnya berseru kepada Tuhan dan Tuhan menjawab seruan mereka. Tuhan mengutus Gideon. Sebagai manusia biasa Gideon merasa tidak mampu untuk membebaskan bangsanya dari tangan bangsa Midian, tapi Tuhan melihat Gideon dengan cara yang berbeda. Tuhan melihat bahwa Gideon mampu melakukannya.

      Setiap orang memiliki sebuah gambaran tentang dirinya. Pertanyaannya adalah, apakah gambaran tentang siapa diri kita sesuai dengan apa yang Tuhan katakan tentang siapa diri kita? Pribadi-pribadi yang melihat diri mereka seperti Tuhan melihat biasanya mereka bahagia dengan keadaan mereka. Mereka tahu bahwa mereka diciptakan dalam gambar Tuhan dan Ia telah memahkotai mereka dengan kehormatan yang besar. Mereka merasa senang dengan diri mereka sendiri, karena mereka tahu bahwa Tuhan mengasihi mereka. Tuhan ingin kita melihat diri kita sendiri sebagai harta karun yang sangat berharga. Ia ingin kita senang dengan diri kita sendiri. Tuhan mengetahui bahwa kita tidak sempurna, bahwa kita memiliki kekurangan dan kelemahan. Namun demikian Tuhan tetap mengasihi kita. Ia telah menciptakan kita sesuai gambar-Nya, dan Ia terus menerus membentuk kita, menyesuaikan kita dengan karakter-Nya, menolong kita dalam kehidupan kita.

      Kita harus belajar untuk mengasihi diri kita sendiri karena begitulah Tuhan melihat kita. Tuhan ingin supaya kita merasa bahwa kita dapat melakukan sesuatu yang besar, tetapi terkadang kita berkata: “Aku bukan siapa-siapa.”, aku tidak bisa melakukannya. Dalam Hakim-hakim 6:12, malaikat Tuhan berkata kepada Gideon, “Tuhan besertamu, hai pahlawan yang gagah perkasa!” Saat malaikat itu meneruskan mengatakan kepada Gideon bagaimana Tuhan menginginkannya menyelamatkan umat Israel dari orang-orang Midian, suatu bangsa yang bengis dan kafir yang telah menjajah negeri mereka, Gideon memperlihatkan gambaran dirinya yang asli. Ia menjawab, “Bagaimana mungkin engkau mengharapkan aku menyelamatkan bangsa Israel? Aku berasal dari kaum terkecil dari seluruh suku Manasye. Dan aku adalah yang paling muda dari keluarga ayahku.” Tetapi memang menarik jika memperhatikan cara Gideon melihat dirinya sendiri dan cara Tuhan memandangnya. Walaupun Gideon merasa tidak memenuhi syarat,  ketakutan, dan kekurangan rasa percaya diri, Tuhan masih menyebutnya sebagai seorang pahlawan yang gagah berani. Gideon merasa lemah Tuhan memandangnya sebagai orang kuat. Gideon merasa tidak memenuhi syarat, Tuhan memandangnya sebagai orang yang mampu melakukan pekerjaan itu. Gideon tidak merasa aman, Tuhan memandangnya cukup mempunyai rasa percaya diri dan ketegasan untuk memimpin umat-Nya kedalam peperangan dan keluar sebagai pemenang. Dan Gideon berhasil. Demikian juga dengan kita. Tuhan memandang kita sebagai seorang pemenang. Mungkin kita tidak melihatnya, tapi Tuhan melihat. Yang Tuhan inginkan dari kita adalah mempercayai Dia, dan mulai berpikir hal yang baik mengenai diri kita. Tuhan ingin kita menjadi seorang pemenang. Tuhan ingin kita menjadi seorang pemenang dari gambaran diri yang buruk, citra diri yang buruk, dan menjadi pemenang dalam kehidupan yang penuh dengan perbuatan dosa. Tuhan ingin menjadi pemenang untuk mengalahkan perbuatan jahat yang mengusai seluruh hidup dan pikiran kita. Tuhan ingin kita menjadi pemenang atas dosa, kuasa jahat iblis yang berusaha untuk menjatuhkan kita.

Tuhan ingin kita menjadi pemenang, dan Tuhan ingin memakai kita menjadi alat-Nya untuk membebaskan mereka yang sedang menderita karena perbuatan dosa. Mereka tidak tahu tentang Tuhan yang benar, mereka tidak tahu tentang Jesus Kristus sebagai Tuhan dan Juruselamat manusia. Mereka tidak tahu tentang kabar baik keselamatan… Kita adalah salah seorang yang ditugaskan Tuhan untuk melakukan tugas itu! Hargai diri kita seperti yang Tuhan ciptakan, dan supaya kita menjadi efektif dalam mengungkapkan kasih Tuhan kepada sesama, amin!